Dalam surat tersebut, PBSI menyampaikan keberatan atas keputusan wasit yang dianggap tidak tepat dan berdampak besar pada jalannya pertandingan.
Protes ini juga disertai bukti rekaman video pertandingan yang menunjukkan bahwa tidak ada kontak antara raket Rinov dan shuttlecock.
“PBSI sangat menyayangkan keputusan wasit dalam pertandingan penting tersebut. Ini bukan hanya soal hasil pertandingan, tapi juga soal keadilan dan integritas dalam olahraga. Kami berharap BWF melakukan evaluasi menyeluruh,” ungkap Bambang Roedyanto.
Menanggapi surat tersebut, BWF menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dan bukti yang diajukan oleh PBSI.
Federasi tersebut juga telah menyetujui untuk melakukan investigasi terhadap insiden tersebut sebagai bentuk tanggung jawab dan transparansi dalam penyelenggaraan turnamen kelas dunia.
Kasus ini kembali mengingatkan pentingnya kehadiran teknologi pendukung seperti video review dalam turnamen beregu, terutama dalam situasi-situasi krusial yang bisa menentukan hasil pertandingan.
Meski saat ini video challenge telah diterapkan dalam turnamen individu, sistem serupa belum diberlakukan secara merata di semua pertandingan beregu.
Publik Indonesia kini menantikan hasil investigasi BWF atas insiden ini.
Besar harapan agar keadilan ditegakkan dan langkah konkret diambil untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
PBSI pun berharap agar insiden ini menjadi momentum evaluasi bagi BWF dalam meningkatkan kualitas wasit dan sistem pendukung pertandingan.
Piala Sudirman merupakan turnamen prestisius, dan setiap keputusan yang merugikan salah satu pihak tanpa dasar yang kuat tentu bisa mencoreng semangat sportivitas yang dijunjung tinggi dalam dunia bulutangkis.