Gim kedua memang berlangsung lebih ketat.
Jafar/Felisha mulai menemukan ritme permainan dan berani memberikan tekanan balik.
Beberapa kali mereka mampu menyamakan kedudukan bahkan sempat unggul.
Namun di poin-poin kritis, pasangan Indonesia kurang tenang dalam mengambil keputusan.
“Kami harus bisa lebih tenang di poin-poin kritis, startnya juga tidak boleh ketinggalan. Adaptasi dan feeling di lapangan harus lebih cepat dan lebih matang,” tambah Felisha.
Sementara itu, Jafar juga mengakui bahwa mereka tidak bisa segera keluar dari tekanan lawan sejak awal pertandingan.
“Di gim pertama kami tidak bisa keluar dari tekanan sampai sebenarnya masuk ke gim kedua. Kami mulai menemukan pola permainan menjelang akhir pertandingan dan ternyata sudah terlambat,” kata Jafar.
Meskipun akhirnya harus menyerah dengan skor ketat 22-24 di gim kedua, Jafar/Felisha menunjukkan semangat juang tinggi.
Mereka tak menyerah dan terus mencoba memberikan perlawanan, hingga akhirnya harus takluk dalam adu setting.
“Sayang saja tadi tidak bisa maksimalkan keuntungan saat bisa membalikkan keadaan,” ujar Jafar.
Kekalahan ini tentu menjadi pengalaman berharga bagi pasangan muda Indonesia tersebut.
Menghadapi pasangan unggulan bukanlah perkara mudah, namun mereka mampu belajar dan mengevaluasi apa yang harus diperbaiki.
Dengan bekal pengalaman dari pertandingan ini, Jafar dan Felisha diharapkan bisa tampil lebih percaya diri dan matang di laga-laga selanjutnya.
Kemampuan beradaptasi di lapangan, ketenangan saat poin kritis, serta start yang lebih agresif akan menjadi fokus perbaikan ke depan.
Meski kalah, perjuangan Jafar/Felisha tetap patut diapresiasi.
Semangat untuk terus berkembang dan belajar dari kekalahan merupakan kunci untuk menjadi lebih baik.