Memasuki gim kedua, Fajar/Fikri menunjukkan peningkatan signifikan.
Mereka lebih taktis, menjaga tempo, dan memperbaiki pola serangan serta pertahanan.
Variasi pukulan drive cepat dan net play yang akurat mulai terlihat dari pasangan Indonesia.
Dominasi mulai berpindah tangan. Dengan momentum yang berpihak kepada mereka, Fajar/Fikri mampu mengontrol jalannya pertandingan dan akhirnya menutup gim kedua dengan kemenangan 21-17, menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Pertarungan sengit terjadi di gim ketiga. Kedua pasangan saling kejar poin, dan tensi permainan mencapai puncaknya ketika skor mencapai 20-20, menandakan adu setting.
Pada momen kritis inilah, satu rally ikonik terjadi.
Saat unggul 21-20, pasangan Indonesia hanya butuh satu poin lagi untuk menang.
Namun dalam rally panjang, Nur Izzuddin secara luar biasa berhasil membalikkan bola sambil terjatuh di sisi kanan lapangan—momen yang mengejutkan Fajar dan Fikri.
“Momen krusial memang saat Izzuddin bisa membalikkan bola sambil terjatuh. Daya juang yang luar biasa. Saya tidak menyangka bolanya bisa kembali,” kata Fajar dengan kagum sekaligus kecewa.
Akhirnya, Malaysia menutup gim ketiga dengan skor 22-20, memastikan tempat di babak selanjutnya dan membuat Fajar/Fikri tersingkir dari turnamen ini.
Kekalahan ini menjadi bahan refleksi penting bagi Fajar/Fikri.
Fajar secara khusus menyoroti pentingnya pengambilan keputusan saat menghadapi poin kritis.
“Harus lebih yakin ambil keputusan. Kami juga harus lebih taktis, efektif dan efisien lagi. Di China Open minggu depan kami mau coba lagi,” tegas Fajar.
Ia juga menambahkan bahwa pengalaman barunya bermain bersama Fikri memberi dinamika berbeda dibandingkan dengan saat ia berpasangan dengan Rian Ardianto selama 11 tahun.
“Dulu dengan Rian, saya dominan hampir 80-90% di depan. Sekarang dengan Fikri saya harus lebih berbagi lapangan, termasuk peran di belakang,” jelasnya.
Meski kecewa, semangat tetap menyala. Mereka ingin tampil lebih baik di turnamen selanjutnya.