Rian mengakui bahwa mereka sempat kehilangan kendali karena memaksa bermain cepat dan adu drive melawan keunggulan lawan.
Strategi itu justru menjadi bumerang dan membuat mereka tertinggal, hingga akhirnya Jepang merebut gim kedua 21-16.
“Di gim kedua itu posisi kami kalah angin tapi kami memaksa untuk bermain cepat dan adu drive, malah jadi bumerang bagi kami sendiri,” ujar Rian setelah pertandingan.
Ia menambahkan, mereka sudah mengantisipasi gaya bermain lawan karena sebelumnya pasangan Jepang tersebut sempat menumbangkan Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana.
Memasuki gim penentuan, pertarungan berjalan semakin sengit.
Kedua pasangan saling kejar poin hingga kedudukan 10-13 untuk keunggulan Jepang.
Di momen krusial itu, pengalaman Rian sebagai pemain senior berbicara. Ia meminta Rahmat untuk mengubah strategi permainan.
“Mas Rian meminta saya untuk banyak mengangkat bola lalu siap dengan defense, sambil menunggu kesempatan menyerang balik,” ungkap Rahmat.
Perubahan taktik itu terbukti efektif. Rian/Rahmat mampu menahan tekanan dan berbalik unggul dengan memanfaatkan celah serangan yang ditinggalkan lawan.
Nomura/Shimogami yang dikenal memiliki pertahanan kuat dan drive cepat, berusaha melawan balik.
Namun, ketenangan Rian/Rahmat di poin-poin akhir menjadi kunci kemenangan.
Mereka akhirnya menutup pertandingan dengan skor 21-17 dan memastikan tiket ke babak perempat final.
“Alhamdulillah bisa menang, tapi memang tidak mudah. Kami sedikit kurang yakin di tengah gim ketiga, tapi bisa bangkit lagi dan menyelesaikan dengan baik,” ujar Rian.
Di perempat final, Rian/Rahmat akan berhadapan dengan pasangan tangguh asal India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, yang pernah menduduki peringkat satu dunia.
Meski menyadari tantangan besar yang menanti, Rian menegaskan mereka siap memberikan permainan terbaik.
“Mereka pernah nomor satu dunia dan sering juara, tapi kami akan coba menunjukkan yang terbaik,” tutupnya penuh optimisme.