KORANHARIANBANYUASIN.ID – Senyum bahagia para petani di Desa Sejagung, Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin saat panen raya kali ini sedikit tercoreng.
Pasalnya, harga gabah yang menjadi tulang punggung perekonomian mereka justru mengalami penurunan.
Padahal, hasil panen tahun ini terbilang cukup melimpah. Rata-rata petani mampu menghasilkan 5 hingga 6 ton gabah per hektarnya.
BACA JUGA:Arctic Open 2024: Fajar/Rian Lolos ke 16 Besar, Singkirkan Fang Bersaudara
Namun, kegembiraan itu pudar seiring dengan anjloknya harga gabah di pasaran.
"Sekarang harga gabah cuma Rp6.100 per kilogram. Padahal beberapa minggu lalu masih di atas Rp6.400. Turunnya lumayan bikin kecewa," ungkap Sapran, salah seorang petani di desa tersebut.
Untuk mengantisipasi penurunan harga yang lebih drastis, banyak petani yang memilih menyimpan sebagian hasil panennya untuk konsumsi pribadi.
BACA JUGA:Arctic Open 2024: Kekalahan Dramatis Atas Wakil China, Anthony Ginting Angkat Koper
"Yang dijemur ini sebagian besar untuk stok makan sendiri. Kalau yang mau dijual, ya langsung ke tengkulak," tambah Sapran.
Kebiasaan menyimpan stok gabah sendiri sudah menjadi tradisi turun-temurun di Desa Sejagung.
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga ketahanan pangan keluarga, terutama saat harga beras di pasaran sedang tinggi.
BACA JUGA:Arctic Open 2024: Leo/Bagas Tersingkir di 32 Besar
Selain menghadapi fluktuasi harga, petani di wilayah ini juga memiliki tantangan tersendiri.
Lahan sawah mereka yang berada di kawasan pasang surut membuat waktu tanam dan panen menjadi terbatas. Dalam setahun, petani hanya bisa melakukan satu kali masa tanam.
"Di sini kita masih menanam padi varietas inpari 32 dan 64. Karena cocok dengan kondisi sawah pasang surut. Sayangnya, masa panennya juga singkat, cuma sekitar tiga bulan," jelas Sapran.