KORANHARIANBANYUASIN.ID - Meskipun petani cabai merah di Desa Palemraya, Kecamatan Indralaya Utara, sudah menggunakan mulsa untuk menanam cabai, gulma dan rumput liar tetap menjadi tantangan yang perlu diatasi.
Gulma masih bisa tumbuh di sela-sela lubang mulsa serta di area tanah antar gulutan yang tidak tertutup mulsa, sehingga penyiangan secara berkala sangat diperlukan.
Sofyan, salah seorang petani cabai merah setempat, menjelaskan bahwa dirinya rutin melakukan penyiangan di kebun yang dia kelola. Rumput gulma dipangkas secara bertahap setiap hari untuk mencegah pertumbuhan yang cepat dan rimbun, yang bisa mengganggu tanaman cabai.
BACA JUGA:Desak Agar Sekwan DPRD OKU Segera Dicopot
“Penyiangan ini jadi kegiatan rutin kita. Karena gulma masih banyak tumbuh subur di parit antar bedengan. Jika tidak disiang, akan cepat rimbun dan bisa menutupi tanaman cabai,” ujarnya.
Penyiangan yang dilakukan secara benar sangat penting karena gulma dapat berpengaruh pada produksi cabai. Selain itu, tenaga kerja, waktu, dan biaya yang dikeluarkan juga cukup besar.
“Gulma ini bisa tumbuh subur di sela bedengan karena sebagian pupuk yang diberikan ke tanaman cabai terbuang ke parit akibat penyiraman. Gulma tersebut dapat mengambil pupuk, air, dan sinar matahari yang seharusnya untuk cabai, sehingga memengaruhi produksinya. Selain itu, gulma juga bisa jadi sumber penyakit bagi tanaman atau menjadi inang hama,” tambah Sofyan.
BACA JUGA:Elen Setiadi Ikuti Rakor Virtual, Bahas Isu PHK dan Stabilitas Tenaga Kerja di Sumsel
Menurut Sofyan, penyiangan dapat dilakukan setiap tiga minggu sekali. Namun, jika lahan cukup luas, penyiangan dilakukan secara bertahap setiap hari dengan cara berkeliling memeriksa bedengan.
“Kita keliling bedengan, kalau ada gulma langsung disiang, jadi tidak sempat rimbun,” ujarnya. Cara ini dinilai cukup efektif untuk menghemat biaya pemeliharaan.
Penggunaan herbisida seperti Basta 150 WSC dengan konsentrasi 5 ml/liter juga bisa menjadi alternatif untuk mengendalikan gulma. Namun, Sofyan menyarankan agar penyemprotan dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan corong agar herbisida tidak mengenai tanaman cabai.
Penggunaan herbisida dianggap sebagai cara instan, tetapi harus dilakukan dengan benar untuk menghindari kerusakan tanaman cabai.
Sofyan mengakui bahwa penyiangan manual dengan cangkul lebih menyehatkan tanaman karena tidak melibatkan bahan kimia.
BACA JUGA:Dua Pegawai Bank Mekar Jadi Korban Perampokan di Banyuasin, Begini Kondisinya!
“Penyiangan dilakukan saat gulma sudah cukup rapat atau berukuran sedang, tetapi belum terlalu tinggi. Dengan begitu, interval penyiangan bisa lebih lama. Misalnya, penyiangan dilakukan setiap 21 hari, padahal biasanya harus setiap 15 hari,” jelasnya.