Mitos Burung Perkutut di Banyuasin: Lambang Cinta, Kesetiaan, dan Ancaman Rumah Tangga

Kamis 19 Dec 2024 - 17:24 WIB
Reporter : Rooney
Editor : Zaironi

KORANHARIANBANYUASIN.ID - Burung perkutut telah lama menjadi simbol yang sarat makna dalam kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di Banyuasin, Sumatera Selatan. 

Bagi sebagian besar warga, burung ini bukan hanya sekadar hewan peliharaan, tetapi juga dipercaya memiliki nilai spiritual, simbol cinta, kesetiaan, dan bahkan mitos yang berhubungan dengan keharmonisan rumah tangga.  

Di Banyuasin, burung perkutut sering kali dihubungkan dengan cinta dan kesetiaan. Konon, burung ini memiliki sifat monogami, yaitu hanya memiliki satu pasangan sepanjang hidupnya. Sifat ini dianggap mencerminkan kesetiaan sejati yang diidamkan dalam hubungan rumah tangga. 

BACA JUGA:Pj Bupati Banyuasin Lepas Kontingen Basket Putri U-16 untuk Kejuaraan Nasional di Cirebon

Banyak pasangan suami istri yang memelihara burung perkutut sebagai simbol cinta mereka yang abadi.  

Selain itu, suara merdu perkutut sering diartikan sebagai doa dan harapan bagi keharmonisan keluarga. Sebagian orang percaya bahwa burung perkutut yang berbunyi di pagi hari membawa aura positif yang dapat memperkuat hubungan cinta di dalam rumah tangga.  

Di balik mitos positifnya, burung perkutut juga dikaitkan dengan hal-hal yang negatif, terutama jika tidak dirawat dengan baik. 

BACA JUGA:Perayaan Natal di Gereja GPdI Tungkal Ilir Berlangsung Aman dan Khidmat

Menurut cerita turun-temurun, jika burung perkutut dalam rumah sakit atau mati mendadak, itu bisa menjadi pertanda buruk. Banyak masyarakat Banyuasin yang percaya bahwa hal ini dapat membawa ketidakstabilan dalam rumah tangga, bahkan hingga perceraian.  

Mitos lainnya mengatakan bahwa burung perkutut tertentu, terutama yang dikenal sebagai perkutut katuranggan, bisa membawa pengaruh buruk jika tidak cocok dengan pemiliknya. Jenis ini sering dianggap memiliki "tuah" atau energi gaib yang bisa memengaruhi keharmonisan rumah tangga.  

Misalnya, jika seseorang memelihara perkutut dengan ciri fisik tertentu, seperti warna bulu yang tidak simetris atau suara yang terdengar serak, burung tersebut dipercaya bisa menyebabkan konflik dalam keluarga. Oleh sebab itu, masyarakat Banyuasin biasanya sangat selektif dalam memilih burung perkutut yang akan dipelihara.  

BACA JUGA:Guru Hebat, Penentu Kualitas Pendidikan di Banyuasin

Kepercayaan terhadap burung perkutut juga melibatkan berbagai ritual. Sebagian masyarakat Banyuasin masih melakukan doa khusus saat membeli atau menerima burung perkutut.

Mereka percaya bahwa doa ini bisa menetralisir energi negatif dan menguatkan hubungan harmonis di dalam rumah.  

Ada juga tradisi memberi nama pada burung perkutut, yang dianggap sebagai bagian dari ikatan spiritual antara pemilik dan burung tersebut. Nama ini biasanya memiliki makna filosofis yang mencerminkan harapan akan kebahagiaan dan ketenangan dalam rumah tangga.  

Tags :
Kategori :

Terkait