Butuh ketelitian, kesabaran, dan kreativitas tinggi dalam proses pembuatannya.
Setiap lapisan dipanggang satu per satu dengan warna dan urutan tertentu agar ketika dipotong, akan membentuk pola sesuai yang diinginkan.
Tak heran jika pembuatan satu loyang kue ini bisa memakan waktu berjam-jam.
Bahan dasar kue ini sebenarnya sederhana, hampir sama dengan lapis legit: terdiri dari mentega, telur, susu kental manis, dan tepung.
Namun perbedaannya terletak pada penambahan berbagai pewarna makanan dan esens perasa seperti pandan, cokelat, vanilla, dan buah-buahan.
Beberapa resep bahkan memadukan selai atau pasta di antara lapisan untuk memperkaya rasa dan tekstur.
Di Sarawak, kue ini bukan sekadar sajian penutup.
Ia telah menjadi simbol budaya dan kebanggaan lokal.
Kue Lapis Sarawak hampir selalu hadir dalam perayaan besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal, Tahun Baru Imlek, dan pesta pernikahan.
Bahkan dalam beberapa keluarga, pembuatan kue ini menjadi tradisi turun-temurun menjelang hari raya, di mana seluruh anggota keluarga ikut terlibat dalam proses pembuatannya.
Kue ini juga telah menjadi suvenir populer dari Sarawak.
Wisatawan sering membawa pulang Kue Lapis Sarawak sebagai oleh-oleh karena tampilannya yang menarik dan rasanya yang lezat.
Berkat daya tariknya yang kuat, kini kue ini bahkan mulai dikenal di luar Malaysia dan diproduksi secara komersial dengan berbagai varian rasa dan motif.
Meski berasal dari inspirasi lapis legit Indonesia, Kue Lapis Sarawak berhasil membangun identitasnya sendiri.
Ia bukan hanya bukti kreativitas masyarakat Sarawak dalam mengolah resep tradisional, tetapi juga contoh bagaimana kuliner bisa melintasi batas negara, bertransformasi, dan menjadi bagian dari budaya baru.
Dengan tampilan yang indah dan rasa yang kaya, Kue Lapis Sarawak bukan sekadar kue, melainkan karya seni yang bisa dimakan.