Tak kalah penting, Agato juga menggarisbawahi pelaksanaan program Zona Integritas (ZI) yang menjadi bagian dari agenda besar reformasi birokrasi nasional. Ia menyoroti pentingnya target pencapaian Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).
"Kita tidak sedang berlomba untuk mendapatkan plakat atau piagam semata. ZI adalah fondasi dari transformasi pelayanan publik. Saya minta Ketua Tim Kerja ZI betul-betul memonitor pelaksanaan di masing-masing unit," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa pembentukan budaya kerja yang bebas dari korupsi bukan hanya soal kepatuhan administratif, tapi harus menyentuh pada perubahan pola pikir dan tindakan sehari-hari para pegawai.
"Integritas itu bukan hanya untuk dinilai, tapi harus jadi kebiasaan. Kita tidak boleh puas hanya dengan predikat, tapi harus jadi teladan," sambung Agato, yang dikenal sebagai pemimpin yang disiplin dan rendah hati.
Apresiasi dan Harapan Menyongsong Triwulan II
Di akhir arahannya, Agato menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran atas capaian kinerja selama Triwulan I. Menurutnya, banyak indikator yang menunjukkan peningkatan, mulai dari efektivitas layanan, pemanfaatan teknologi informasi, hingga disiplin kerja pegawai.
Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan di Triwulan I bukan alasan untuk berpuas diri. Justru menjadi pijakan untuk memperkuat langkah di Triwulan II yang dinilai krusial bagi percepatan target kinerja tahunan.
"Terima kasih atas capaian yang telah diraih di TW I. Mari kita tingkatkan bersama pada TW II demi kemajuan Kemenkum Sumsel yang lebih baik," pungkasnya, disambut tepuk tangan hangat dari para pegawai.
Setelah apel berakhir, suasana kantor kembali normal. Namun semangat yang tertanam di pagi itu terasa membekas. Para pegawai tampak lebih bersemangat, beberapa di antaranya saling berdiskusi tentang rencana kerja dan inovasi yang akan mereka dorong. Tak ada yang ingin tertinggal dalam gelombang perubahan ini.
Kanwil Kemenkumham Sumsel di bawah kepemimpinan Agato P.P. Simamora kini berada pada titik penting—sebuah momentum untuk membuktikan bahwa birokrasi bisa berubah, bisa melayani, dan bisa menjadi kekuatan bagi masyarakat.