Meski kecewa, Ginting berusaha menerima hasil ini dengan lapang dada. Ia mengakui masih perlu banyak evaluasi, terutama dalam hal strategi dan mental bertanding.
“Saya mesti cari permainan yang tepat untuk bisa memenangkan pertandingan,” ungkapnya selepas pertandingan.
Ginting sendiri baru saja kembali ke lapangan setelah sempat menepi karena cedera bahu.
Sebelum tampil di Kejuaraan Dunia, ia telah menjalani comeback di beberapa turnamen besar seperti Jepang Open dan China Open.
Dari pengalaman itu, ia merasa kondisi bahunya sudah cukup membaik dan tidak lagi mengganggu penampilannya.
“Dari pertandingan-pertandingan yang sudah saya jalani, mulai dari Jepang, China, dan Kejuaraan Dunia ini saya merasa tidak ada kendala atau merasakan sakit dengan tangan saya. Cuman ya tetap harus ada maintenance,” jelasnya.
Namun, ia juga menekankan bahwa tantangan terbesar kini bukan lagi fisik, melainkan mengembalikan feeling bermain di turnamen.
Ginting menilai ada perbedaan besar antara suasana latihan dengan pertandingan sebenarnya, terutama saat harus berhadapan dengan lawan yang sama-sama tampil penuh ambisi.
“Tinggal sekarang bagaimana saya mengembalikan feeling di turnamen. Tentunya sangat berbeda antara pertandingan dan latihan. Seperti tadi, ngadu strategi dan mental di lapangan pertandingan,” tambahnya.
Kekalahan dari Popov memang menutup langkah Ginting di Kejuaraan Dunia tahun ini lebih cepat dari yang diharapkan.
Namun, pengalaman pahit ini bisa menjadi bahan pembelajaran penting bagi pebulu tangkis berusia 28 tahun tersebut.
Terlebih, kalender kompetisi ke depan masih panjang dengan berbagai turnamen besar menanti, termasuk Asian Games dan BWF World Tour Finals.
Bagi Indonesia, tersingkirnya Ginting tentu menjadi kerugian karena ia merupakan salah satu tumpuan utama di sektor tunggal putra.
Meski begitu, harapan masih terbuka dari wakil-wakil lainnya yang masih bertahan di turnamen ini.
Kekalahan dramatis ini sekaligus menjadi pengingat bahwa di level dunia, detail kecil seperti konsentrasi, kondisi fisik, hingga ketahanan mental dapat menjadi faktor penentu.
Ginting pun menyadari bahwa untuk kembali ke performa terbaik, ia harus terus beradaptasi, menjaga kondisi fisik, serta memperkuat mental agar mampu bersaing dengan para pemain top dunia.