Pertahanan mereka juga rapuh sehingga lawan dengan mudah menekan dan merebut poin demi poin.
Alhasil, gim pertama berjalan cepat dan ditutup dengan skor 6-21.
Memasuki gim kedua, performa Adnan/Indah sedikit membaik.
Mereka sempat mencoba bermain lebih sabar dan memanfaatkan peluang serangan di depan net.
Sayangnya, upaya tersebut belum cukup. Konsistensi permainan kembali menjadi masalah utama.
Saat sudah mampu mengejar ketertinggalan, mereka justru melakukan error yang tidak perlu, sehingga momentum berbalik ke pasangan Malaysia.
Gim kedua akhirnya berakhir dengan skor 14-21, sekaligus memastikan langkah Adnan/Indah terhenti di babak awal.
Kekalahan ini tentu menjadi bahan evaluasi penting bagi pasangan muda Indonesia tersebut.
Performa naik turun mereka menunjukkan masih ada pekerjaan rumah besar dalam hal konsistensi, fokus, dan pertahanan.
Apalagi, sebagai pasangan yang digadang-gadang bisa menjadi pelapis sektor ganda campuran Indonesia, publik berharap Adnan/Indah bisa tampil lebih stabil di setiap turnamen besar.
Pelatih ganda campuran pelatnas PBSI sebelumnya juga menekankan bahwa kemampuan bertahan dan minimnya kesalahan sendiri adalah aspek krusial dalam menghadapi persaingan internasional.
Hal ini terbukti di pertandingan kali ini, di mana Adnan/Indah gagal mengatasi tekanan lawan dan justru sering memberi poin gratis.
Meski begitu, perjalanan Adnan/Indah masih panjang.
Pengalaman pahit di China Masters 2025 bisa menjadi pelajaran berharga untuk menata ulang strategi ke depan.
Mereka telah membuktikan kapasitasnya dengan menembus semifinal Hong Kong Open pekan lalu, sehingga potensi besar sebenarnya sudah terlihat.
Tinggal bagaimana mereka menjaga konsistensi permainan dan mengurangi kesalahan yang berulang.