Pangkalan Balai, KORANHARIANBANYUASIN.ID - Dalam tradisi tolak bala' penggunaan ketan kunyit dan ayam panggang menjadi bagian dari ritual adat. Meskipun demikian, terdapat juga varian tradisi yang sepenuhnya menggunakan tepung, khususnya dalam konteks tolak bala terkait kepemilikan kendaraan baru seperti mobil dan motor.
Dalam praktik yang sering disebut sebagai keramas, tokoh adat atau agama akan menyebarkan campuran tepung beras dan air ke kendaraan yang baru dibeli, disertai dengan doa tolak bala.
Tradisi tolak bala' tutur Pemerhati Budaya Banyuasin, Iwan P Ratu Bangsawan, ketika mendapatkan kendaraan baru mencerminkan adaptasi lokal yang menarik dalam penggunaan tepung dalam praktik adat.
BACA JUGA:Persiapan Launching Gertas, SMPN 2 Banyuasin III Gotong Royong
Praktik ini, kata dia, menggambarkan keberagaman dalam tradisi Masyarakat Melayu Banyuasin, di mana beberapa ritual mempertahankan unsur ketan kunyit dan ayam panggang, sementara yang lain mengambil pendekatan yang berbeda dengan melibatkan tepung beras/ketan.
Dengan demikian, perbedaan dalam komponen ritual ini memberikan nuansa khusus pada tradisi tolak bala, menunjukkan bahwa warisan budaya dapat berkembang dan mengalami variasi seiring waktu, sesuai dengan keunikan dan keberagaman masyarakatnya.
Meskipun tradisi tepung tawar di Masyarakat Melayu Banyuasin memiliki akar sejarah yang kuat, terlihat bahwa perubahan zaman dan modernisasi telah memberikan dampak pada kelangsungan praktik ini.
BACA JUGA:Dua Guru SMAN 1 Sembawa Dilantik Jadi Pengawas SMA dan SMK
Sementara beberapa aspek tradisi tetap terpelihara, seperti dalam pernikahan, keberadaan ritual tepung tawar dalam konteks perdamaian dan tolak balak semakin meredup.
Penting untuk memahami bahwa tradisi tepung tawar di Melayu Banyuasin bukan hanya sekadar seremoni ritualistik, tetapi juga cerminan dari sistem nilai dan etika yang berkembang dalam masyarakat tersebut.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap makna dan tujuan di balik setiap langkah dalam tradisi ini sangat penting untuk menjaga keaslian dan keutuhan pesan yang ingin disampaikan.
BACA JUGA:138 Peserta Didik SMPN 1 Suak Tapeh Ikuti Sosialisasi Assesmen Bakat Minat
Dalam upaya pelestarian, komunitas Melayu Banyuasin dapat mengadopsi pendekatan inovatif yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan konteks modern.
Misalnya, memasukkan elemen-elemen budaya ke dalam pendidikan formal atau mengadakan acara komunitas untuk membagikan pengalaman terkait tradisi tepung tawar. Hal ini dapat menjadi langkah menuju pemahaman yang lebih luas dan partisipasi aktif dalam menjaga warisan budaya.
Selain itu, peran pemerintah daerah dan lembaga budaya dalam mendukung keberlanjutan tradisi ini juga sangat krusial. Bantuan dan insentif untuk masyarakat yang aktif melibatkan diri dalam pelestarian budaya dapat memberikan dorongan positif.