Supriono mengatakan mulanya GSMP dikenalkan pada tahun 2021 bertujuan mengubah pola pikir masyarakat dari sekedar pembeli menjadi produsen. Hal ini diharapkan komiditi yang kerap memicu inflasi dapat ditanam sendiri di pekarangan rumah.
"Selama ini inflasi di Sumsel berkutat dengan komoditas seperti cabai, bawang merah selalu itu. Padahal itu bisa kita tanam sendiri," ucapnya.
Sejak diluncurkan pada tahun 2021 di Kabupaten Lahat, Pemprov Sumsel secara masif mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan dan pekarangan ditanami kebutuhan pokok sehari-hari.
Bahkan, melalui program GSMP ini masyarakat juga diajak untuk dapat beternak ayam, ikan dan lain-lain.
“Dengan mengubah mindset seperti ini diharapkan masyarakat tidak lagi ketergantungan memenuhi kebutuhannya dengan suplai dari daerah lain,” ujar Supriono.
Melalui kegiatan ini, Sekda Sumsel juga berkesempatan menyerahkan bantuan bibit dan benih cabai secara simbolis kepada sejumlah perwakilan sekolah di Sumsel.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumsel M. Latief mengatakan inflasi Sumsel bulan April tercatat sebesar 3,12 persen (year on year) lebih tinggi dari nasional.
Salah satu yang sering memberikan sumbangan inflasi ini adalah cabai sehingga perlu diwaspadai TPID.
Sejalan dengan hal tersebut, BI Perwakilan Sumsel bersinergi mendukung Pemprov dalam Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).
"TOT ini merupakan tindaklanjut launching GSMP Goes to School. Dimana guru dapat mendampingi siswa dalam membudidayakan benih cabai yang kami berikan pada 140 sekolah se Sumsel," jelasnya.
Untuk memacu semangat Kepala Sekolah, penyuluh pertanian dan para siswa, pihaknya akan memberikan penghargaan dalam program GSMP Goes to School Award.
Dimana kegiatan tersebut akan diisi berbagai materi baik dari Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP), Dinas Pertanian dan beberapa narasumber lainnya.***