Pangkalan Balai, KORANHARIANBANYUASIN.ID - Orang Melayu Banyuasin (OMB) memiliki tradisi yang unik dalam bersosialisasi dan bersantap, terutama dalam hal menyisakan hidangan.
Ketika dihadapkan dengan camilan seperti pempek, bolu, kue-kue kering, dan berbagai camilan lainnya, mereka cenderung tidak menghabiskan suguhan tersebut meskipun disediakan untuk mereka.
Kebiasaan ini muncul dari rasa segan dan keinginan untuk tidak dianggap rakus di hadapan orang lain. Tradisi ini sangat melekat dalam budaya mereka dan menunjukkan etiket sosial yang tinggi.
BACA JUGA:Makanan yang Tidak Ada Kadaluarsa: Pilihan Tahan Lama untuk Stok Darurat
Tradisi menyisakan makanan ini, kata Pemerhati Budaya M Irwan P Ratu Bangsawa, tidak hanya terjadi dalam situasi informal, tetapi juga dalam acara formal seperti kenduri atau hajatan. Pada acara-acara tersebut, meskipun makanan yang dihidangkan berlimpah, orang Melayu Banyuasin tetap akan menyisakan sebagian kecil dari hidangan tersebut.
Ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah dan tamu lainnya, menunjukkan bahwa mereka menghargai usaha tuan rumah dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menikmati suguhan yang sama.
BACA JUGA:Majukan Daerah, Pj Gubernur Sumsel Sukses Jalankan 9 Gerakan Serentak se-Sumsel
Namun, kebiasaan ini hanya berlaku untuk camilan atau makanan ringan. Untuk hidangan utama seperti nasi, burgo, dan lakso, mereka tidak merasa perlu untuk menyisakan makanan.
Hal ini karena hidangan utama dianggap sebagai makanan pokok yang seharusnya dinikmati sepenuhnya. Menyisakan hidangan utama tidak memiliki makna yang sama dan justru bisa dianggap sebagai pemborosan atau ketidakpuasan terhadap hidangan yang disajikan.
Rasa segan yang menjadi dasar dari kebiasaan ini berkaitan erat dengan konsep "malu" dalam budaya Melayu. Orang Melayu Banyuasin cenderung menjaga perilaku mereka agar tidak menimbulkan persepsi negatif dari orang lain.
BACA JUGA:9 Bulan Memimpin Sumsel, Agus Fatoni Sukses Turunkan Angka Kemiskinan
Dalam konteks bersantap, menghabiskan semua makanan yang disajikan bisa dianggap sebagai tindakan yang kurang sopan dan tidak menunjukkan rasa hormat terhadap sesama. Dengan menyisakan sedikit, mereka menunjukkan bahwa mereka memikirkan orang lain dan tidak serakah.
Selain itu, kebiasaan ini juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan kesetaraan. Dengan menyisakan makanan, mereka secara simbolis memberikan kesempatan bagi orang lain untuk juga menikmati hidangan tersebut.
Ini menciptakan suasana yang lebih inklusif dan harmonis, di mana setiap orang merasa diperhatikan dan dihargai. Kebiasaan ini memperkuat ikatan sosial dan rasa kebersamaan di antara mereka.
BACA JUGA:Indonesia Open 2024 Nirgelar, Beri Catatan Pemain yang Tampil di Olimpiade Paris 2024