KORANHARIANBANYUASIN.ID - Di kawasan Banyuasin, kesamaan kuliner dengan Palembang terasa begitu kuat. Salah satunya adalah kuliner yang dikenal sebagai "rujak mi."
Kehadirannya tak lepas dari tradisi hajatan, menjadi kegemaran disajikan saat perhelatan seperti pembentukan panitia pernikahan, khitanan, hingga yasinan.
Sama dengan di Palembang, rujak mi di Banyuasin terdiri dari mi kuning, suun, tahu, dan pempek, yang diracik dengan cuko pedas yang gurih menyegarkan.
BACA JUGA:Rahasia Sehat di Balik Sirsak: 10 Manfaat Luar Biasa untuk Tubuh
BACA JUGA:Jejak Sejarah: Mengungkap Asal-Usul Kota Pangkalan Balai Melalui Legenda Mistis
Menggabungkan rasa pedas, asam, dan manis, rujak mi Banyuasin memikat lidah setiap penikmatnya.
Menurut Pemerhati Budaya Banyuasin Irwan P Ratu Bangsawan, keunikan racikannya terletak pada kepraktisan dalam pembuatannya. Dengan memanfaatkan sisa atau stok pempek, ditambah bahan-bahan lain seperti mie kuning, suun, timun, dan tahu, rujak mi pun siap disajikan.
Bagi pencinta kuliner, rujak mi Banyuasin tidak hanya memanjakan lidah dengan cita rasa yang lezat, tetapi juga mengajak untuk menghargai warisan budaya dan kekayaan kuliner daerah.
Sebuah pengalaman kuliner yang memperkaya selera dan merajut tradisi makanan yang terus hidup di tengah masyarakat.
BACA JUGA:25 Warga di Desa Pagar Bulan Terima KPM
Hidangan rujak mi Banyuasin bukan sekadar menciptakan sensasi rasa yang menggoda. Di balik setiap gigitannya, terdapat cerita panjang tradisi dan kebersamaan.
Saat hidangan ini tersaji di atas meja hajatan, aroma harum dan warna-warni bahan-bahannya menjadi bagian tak terpisahkan dari momen spesial.
"Dalam setiap suapan rujak mi, kita juga dapat merasakan keakraban budaya Orang Melayu Banyuasin," kata dia.
BACA JUGA:Tradisi Unik Arak-arakan Pengantin Tandu di Kuala Puntian Banyuasin: Perpaduan Budaya dan Modernitas
Kuliner ini bukan hanya mengenyangkan perut, tetapi juga merangkai kebersamaan dalam setiap acara.