Selain itu, menutup luka dengan bahan yang salah juga bisa menyebabkan iritasi kulit di sekitar luka, yang akan memperparah kondisi.
Cara yang tepat adalah menggunakan perban steril yang bisa menyerap kelembapan namun tetap memungkinkan kulit bernapas.
Sebagai contoh, luka yang membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama seperti luka bakar ringan atau luka operasi mungkin memerlukan penutup khusus yang menjaga kelembapan namun tidak terlalu rapat.
Namun, untuk luka yang kecil dan tidak serius, sebaiknya biarkan terbuka setelah beberapa saat agar kering secara alami.
2. Jangan Menggunakan Bahan-Bahan yang Tidak Sesuai
Mengobati luka dengan bahan yang tidak tepat merupakan kesalahan umum yang sering dilakukan.
Salah satu contohnya adalah penggunaan alkohol atau hidrogen peroksida langsung pada luka.
Meskipun kedua bahan ini dikenal sebagai antiseptik, penggunaan langsung pada luka bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan yang sehat di sekitar luka.
Alkohol, misalnya, sangat kuat dan bisa membuat kulit di sekitar luka menjadi kering, yang pada akhirnya memperlambat proses penyembuhan.
Hidrogen peroksida pun meskipun efektif untuk membersihkan, bisa merusak sel-sel yang sedang berusaha memperbaiki luka.
Sebagai gantinya, sebaiknya gunakan cairan antiseptik ringan seperti larutan saline atau cairan antiseptik yang memang dirancang untuk perawatan luka.
Cairan ini membantu membersihkan luka tanpa merusak jaringan sehat.
Selain itu, penggunaan salep antibiotik juga disarankan untuk mencegah infeksi, terutama pada luka terbuka atau luka yang rentan terkena bakteri dari lingkungan sekitar.
Selain alkohol dan hidrogen peroksida, beberapa orang juga kerap menggunakan bahan alami yang belum terbukti keefektifannya secara klinis, seperti daun-daunan atau minyak tertentu.
Penggunaan bahan-bahan ini tanpa konsultasi dengan tenaga medis dapat memperparah infeksi dan merusak jaringan kulit.
Bahan alami yang tidak steril bisa menjadi sumber kuman dan bakteri yang berbahaya bagi luka.