Penumpukan lemak, terutama di area perut, juga berkontribusi pada peningkatan trigliserida, jenis lemak dalam darah yang jika kadarnya terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
2. Pola Makan Tinggi Gula Berpotensi Meningkatkan Trigliserida
Meski gula tidak memiliki kolesterol, konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah.
Trigliserida tinggi merupakan salah satu faktor risiko penting dalam penyakit jantung dan pembuluh darah.
Ketika gula berlebihan masuk ke tubuh, hati akan mengubahnya menjadi trigliserida, dan trigliserida ini dapat menumpuk dalam aliran darah.
Jika trigliserida tinggi, ini dapat berperan dalam pengerasan arteri atau aterosklerosis, yang berisiko memicu serangan jantung atau stroke.
Oleh karena itu, mengurangi asupan gula harian sangat penting untuk menjaga kadar trigliserida tetap dalam batas normal.
3. Mengonsumsi Minuman Manis Secara Berlebihan
Minuman manis seperti soda, minuman berenergi, dan teh manis mengandung gula dalam jumlah tinggi.
Ketika dikonsumsi dalam jangka panjang, minuman-minuman ini dapat mengganggu metabolisme lemak di dalam tubuh.
Selain itu, minuman manis seringkali tidak memberikan rasa kenyang, sehingga orang cenderung minum lebih banyak dan mengonsumsi kalori berlebih.
Studi menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis dalam jangka panjang berkaitan erat dengan peningkatan risiko sindrom metabolik, suatu kondisi yang melibatkan kadar kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, dan tekanan darah tinggi. Semua ini merupakan faktor risiko penyakit jantung.
4. Kurangnya Asupan Serat dalam Makanan
Banyak makanan manis, terutama yang diproses, memiliki kadar serat yang sangat rendah.
Serat berperan penting dalam menurunkan kadar kolesterol, terutama serat larut yang dapat mengikat kolesterol dalam usus dan membantu mengeluarkannya dari tubuh.
Ketika konsumsi serat kurang, tubuh kehilangan mekanisme alami untuk menurunkan kolesterol, dan ini dapat memicu penumpukan kolesterol dalam darah.