Meski tertinggal, semangat juang Jonatan tidak padam. Dia bangkit di gim kedua dan berhasil menang dengan skor 22-20, memaksa pertandingan berlanjut ke gim ketiga.
Gim ketiga menjadi saksi ketegangan yang luar biasa. Jonatan harus menghadapi kenyataan pahit, tertinggal sembilan angka dari Axelsen dengan kedudukan 10-19.
Banyak yang menganggap pertandingan sudah selesai dan kemenangan Axelsen sudah pasti. Namun, Jonatan Christie tidak menyerah begitu saja.
Dengan keberanian dan tekad yang luar biasa, Jonatan Christie melakukan comeback spektakuler. Dia berhasil merebut 11 poin beruntun, membalikkan keadaan, dan menang dengan skor 21-19.
Kemenangan ini bukan hanya sekadar meraih tiket ke final French Open 2019, tetapi juga menciptakan kisah heroik yang akan dikenang dalam sejarah bulu tangkis.
Menariknya, ini bukanlah kali pertama Jonatan Christie mengalahkan Viktor Axelsen. Dari 12 pertemuan mereka, Jonatan telah dua kali berhasil mengungguli Axelsen.
Satu kemenangan lainnya diraih Jonatan di Malaysia Open 2018, di mana dia menang dengan skor 21-18 dan 21-19.
Prestasi ini menjadi bukti bahwa Jonatan Christie bukan hanya sekadar pesaing yang tangguh bagi Axelsen.
Tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan dan kembali dari kekalahan yang tampaknya sudah pasti. Kedua pemain ini kini menjadi salah satu rivalitas menarik dalam dunia bulu tangkis.
Pertanyaannya pun muncul, apakah Jonatan Christie dapat terus menunjukkan performa gemilangnya dan mengalahkan Viktor Axelsen dalam pertemuan-pertemuan mendatang?
Penggemar bulu tangkis tentu akan menantikan dengan penuh antusias pertarungan sengit antara Jojo dan Axelsen di ajang-ajang turnamen mendatang.
Sebuah kisah heroik seperti ini tidak hanya membangkitkan semangat para penggemar bulu tangkis, tetapi juga memberikan inspirasi kepada banyak orang.
Jonatan Christie telah membuktikan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan keberanian, kita bisa mengatasi tantangan apapun.
Bahkan ketika kita berada di ambang kekalahan. Momen comebacknya melawan Viktor Axelsen akan selalu diingat sebagai salah satu momen paling epik dalam sejarah bulu tangkis Indonesia.***