Bupati Banyuasin Buka Dzikir Manakib Kubro: Alhamdulillah, Ini Program Banyuasin Religius

Banyuasin Religius: Bukan Sekadar Program, Tapi Gerakan

Sejak pertama kali dicanangkan, Banyuasin Religius bukan hanya menjadi program kerja pemerintah daerah, tetapi telah menjadi gerakan sosial dan spiritual yang menyentuh berbagai lini kehidupan masyarakat.

Kegiatan seperti pengajian rutin, MTQ, pelatihan dai, hingga pemberdayaan masjid dan mushola terus dilakukan untuk menumbuhkan suasana religius di tengah pembangunan infrastruktur dan ekonomi.

Dalam konteks inilah, kehadiran Bupati Askolani di acara Dzikir Manakib Kubro menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah benar-benar berupaya menjaga keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan spiritual.

Ia menyadari betul bahwa Banyuasin sebagai wilayah yang luas dengan keragaman budaya dan agama memerlukan pendekatan yang menyentuh hati, bukan hanya kebijakan yang kaku.

“Pembangunan itu tidak cukup hanya jalan dan jembatan, tapi juga jiwa dan hati masyarakatnya harus dibangun. Dengan dzikir, hati kita dibersihkan, hubungan dengan Allah diperkuat, dan hubungan antar sesama menjadi damai,” ucapnya dalam satu sesi wawancara singkat dengan wartawan lokal.

Cahaya dari Muara Sugihan

Ketika matahari mulai condong ke barat, acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh para kiai.

Suara “amin” menggema dari ribuan jamaah, menandai harapan bersama akan keberkahan, kedamaian, dan kemajuan untuk Banyuasin di tahun-tahun mendatang.

Muara Sugihan hari itu tidak hanya menjadi tuan rumah dari sebuah acara keagamaan.

Lebih dari itu, ia menjadi simbol semangat kolektif masyarakat dalam menjaga warisan spiritual dan mendukung pemimpinnya yang berkomitmen pada nilai-nilai religius.

Dzikir dan doa yang berkumandang dari Jalur 16 Jembatan 3 menjadi cahaya yang menerangi jalan pembangunan Banyuasin: membumi, membangun, dan bermunajat.