Revitalisasi Nilai Bangsa di Tanjung Senai: Wabup Ardani Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila 2025

Polres Banyuasin Kibarkan Merah Putih, Teguhkan Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa di HUT ke-80--
KORANHARIANBANYUASIN.ID – Suasana pagi yang cerah menyelimuti hamparan hijau Lapangan Upacara Komplek Perkantoran Terpadu (KPT) Tanjung Senai, Indralaya, Senin (2/6/2025). Satu per satu peserta upacara berdatangan, mengenakan seragam rapi dengan semangat yang terpancar dari wajah mereka. Hari itu, Kabupaten Ogan Ilir memperingati momen bersejarah: Hari Lahir Pancasila.
Di tengah deretan barisan ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN), pelajar, hingga personel TNI/Polri, berdiri tegak Wakil Bupati Ogan Ilir, H. Ardani, SH., MH. Ia tampil sebagai Inspektur Upacara, memimpin jalannya peringatan nasional yang tak hanya menjadi agenda rutin tahunan, tapi juga pengingat akan fondasi bangsa yang kokoh: Pancasila.
Upacara dimulai tepat pukul 07.30 WIB. Lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang, menggema ke seluruh penjuru KPT. Sang Saka Merah Putih perlahan dikibarkan, diiringi tatapan khidmat dari seluruh peserta upacara yang berdiri tegak. Di tengah suasana yang hening dan penuh hormat itu, terasa ada getar batin yang menyatukan semua yang hadir—perasaan bahwa mereka tengah menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri: sebuah bangsa yang berdiri di atas nilai-nilai luhur Pancasila.
Semangat Pancasila dalam Asta Cita
Dalam amanatnya, Wakil Bupati Ardani menyampaikan pidato reflektif yang menekankan makna peringatan Hari Lahir Pancasila di tengah arus perubahan zaman. Ia mengajak seluruh peserta untuk tidak melihat Pancasila sebagai sekadar dokumen historis, tetapi sebagai pedoman hidup yang aktual dan kontekstual.
“Melalui Asta Cita, kita dipanggil untuk melakukan revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam segala dimensi kehidupan,” ucap Ardani dengan nada tegas namun penuh kebapakan. “Mulai dari dunia pendidikan yang membentuk karakter generasi muda, birokrasi yang melayani dengan hati nurani, ekonomi yang adil dan berpihak pada rakyat kecil, hingga ruang-ruang digital yang harus bersih dari ujaran kebencian dan hoaks.”
Asta Cita yang dimaksud Ardani merujuk pada delapan cita-cita besar bangsa Indonesia, mulai dari penguatan demokrasi hingga keadilan sosial. Ia menekankan bahwa dalam era globalisasi yang makin kompleks, Pancasila harus menjadi filter nilai, bukan hanya simbol.
Menurut Ardani, Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan besar, tidak hanya dari sisi geopolitik atau teknologi, tetapi juga dari sisi moralitas. Di sinilah pentingnya menjadikan Pancasila sebagai “kompas moral” yang mampu mengarahkan bangsa ke arah kemajuan yang beradab.
“Kita tidak boleh puas hanya karena pembangunan fisik berjalan. Pembangunan moral harus berjalan seiring,” tegasnya. “Kemajuan sejati adalah ketika teknologi tinggi digunakan dengan kebijaksanaan dan rasa kemanusiaan.”
Upacara Bukan Sekadar Seremoni
Dengan suara yang lantang, Wakil Bupati menantang seluruh elemen masyarakat Ogan Ilir untuk menjadikan peringatan Hari Lahir Pancasila sebagai momentum refleksi, bukan hanya seremoni. Ia menyampaikan keprihatinan bahwa banyak peringatan nasional yang kadang kehilangan ruhnya, berubah menjadi rutinitas administratif tanpa makna yang mendalam.
“Jadikan setiap langkah, kebijakan, ucapan, dan tindakan kita sebagai cerminan semangat Pancasila,” ujar Ardani. “Jangan biarkan Pancasila hanya hidup di baliho atau pidato. Ia harus hidup di rumah-rumah kita, di sekolah, di kantor-kantor pemerintahan, dan di ruang publik.”
Pernyataan ini disambut tepuk tangan peserta, sebagai wujud dukungan dan kesadaran akan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan.
Partisipasi Luas dan Simbol Persatuan