Tradisi Budaya Melayu Perdamaian
![](https://harianbanyuasin.bacakoran.co/upload/ba94bd89defa0be82b5cca13cb523de4.jpg)
budaya perdamaian sajian nasi punjung--
Pangkalan Balai - Tradisi tepung tawar di Masyarakat Melayu Banyuasin bukan sekadar seremoni ritualistik; ia berfungsi sebagai alat untuk menyelesaikan konflik dalam komunitas.
Pada masa lalu, kata Pengamat Budaya Banyuasin, Irwan P Ratu Bangsawan, ketika ada pertentangan, pihak yang menyebabkan kerugian akan membawa hadiah berupa ketan kunyit panggang ayam kepada pihak yang dirugikan.
Proses ini tidak hanya mengandung nilai simbolis, tetapi juga memberikan peluang bagi kedua belah pihak untuk merundingkan dan menyelesaikan perselisihan dengan pendekatan damai.
BACA JUGA:MTsN 1 Banyuasin Gelar Perkemahan Kenaikan Tingkat Gudep
Tradisi ini secara efektif membantu masyarakat menghindari sikap dendam dan mendorong terciptanya harmoni sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya tradisi tepung tawar sebagai penyelesaian konflik terletak pada nilai-nilai yang diembannya. Proses memberikan kesempatan bagi pihak yang bersengketa untuk berbicara, mendengarkan, dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Dengan demikian, tradisi ini bukan hanya tentang pemberian materi, melainkan juga merupakan langkah-langkah konkret menuju pemahaman bersama dan perdamaian dalam komunitas.
BACA JUGA:Tingkatkan Imtaq Melali Isra' Mi'raj di SMPN 6 Talang Kelapa
Kehadiran ketan kunyit panggang ayam bukan hanya sebagai lambang, tetapi juga sebagai medium perundingan yang memupuk toleransi dan kerjasama di tengah perbedaan.
Meskipun tradisi tepung tawar kini mungkin jarang dilakukan, pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai yang dikandungnya tetap relevan.
Hal ini mencerminkan warisan budaya yang tidak hanya berfungsi sebagai perayaan atau seremoni semata, tetapi juga sebagai instrumen praktis untuk menjaga hubungan sosial yang seimbang dan damai di dalam masyarakat Melayu Banyuasin. ***