Tradisi Tepung Tawar Masyarakat Melayu Banyuasin
Sajian tepung tawar di tengah masyarakat Melayu Banyuasin.--
PANGKALAN BALAI - Budaya Kesultanan Palembang Darussalam memiliki peran utama dalam pembentukan dan pemeliharaan tradisi tepung tawar di masyarakat Melayu Banyuasin.
BACA JUGA:Wisata Air Terjun di Palembang, Alternatif Liburan yang Seru
BACA JUGA:Pj. Bupati Banyuasin Minta PPK Kerja Profesional dan Sukseskan Pemilu 2024
Serupa dengan praktik di Palembang, tradisi ini melibatkan tidak hanya acara perdamaian, tetapi juga upacara pernikahan dan tolak bala.
Menurut Pemerhati Budaya Banyuasin Irwan P Ratu Bangsawan, meskipun disebut "tepung tawar," praktik ini di Banyuasin tidak selalu melibatkan tepung, melainkan gabungan ketan kunyit dan ayam panggang.
Tradisi ini menarik, terutama jika dibandingkan dengan daerah Melayu lain seperti Riau, yang menggunakan tepung dalam tradisi serupa.
BACA JUGA:Pj. Bupati Banyuasin: Pengelolaan Keuangan Desa Harus Transparan, Akuntabel, dan Efektif
Inovasi ini mencerminkan adaptasi budaya yang unik di tengah keberagaman Melayu, menunjukkan fleksibilitas dalam mewujudkan tradisi lokal.
Tradisi tepung tawar di Banyuasin tidak hanya sekadar seremoni, melainkan juga representasi dari sistem nilai dan etika yang berkembang dalam masyarakat tersebut.
Meskipun variasi dalam penggunaan bahan, tradisi ini tetap menjadi simbol penting dalam memelihara harmoni sosial dan menandai identitas unik Melayu Banyuasin.
BACA JUGA:Awas Rumahmu Bisa Jadi Sasaran Pencuri, Ini Tips Mudik Aman Nataru!
BACA JUGA:Pemkab Banyuasin Rayakan Pergantian Tahun Dengan Kegiatan Ini
Dalam konteks globalisasi, menjaga dan menghormati tradisi semacam itu memegang peranan penting dalam melestarikan keberagaman budaya.