Tantangan terbesar, menurut Hendra, justru datang saat pertandingan berlangsung.
Ia menyebut bahwa menghadapi momen kritis dalam pertandingan bisa membuat adrenalin terpacu lebih dari ketika ia masih bermain.
“Sebagai pelatih, saya harus bisa menenangkan pemain dan juga tetap berpikir jernih mencari solusi di tengah tekanan,” ujarnya.
Meski baru tiga bulan menjabat, kiprah Hendra sebagai pelatih langsung membuahkan hasil manis.
Di ajang Indonesia Open 2025, ia berhasil mengantarkan Sabar/Reza meraih podium di turnamen Super 1000—prestasi tertinggi mereka sejak berkiprah secara independen.
Hasil ini sekaligus menjadi catatan manis bagi Hendra di awal karier kepelatihannya.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa transisi Hendra dari pemain ke pelatih berjalan sangat mulus.
Pengalaman bertahun-tahun di level tertinggi, termasuk gelar juara dunia dan medali emas Olimpiade, menjadi modal kuat dalam membina atlet muda.
“Saya ingin berbagi apa yang saya pelajari selama ini. Menjadi pelatih bukan hanya soal teknik, tapi juga membangun mental juara,” tambahnya.
Langkah cepat dan cerdas Hendra di awal masa kepelatihannya mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Banyak yang menilai bahwa kehadiran sosok sekelas Hendra dapat menjadi angin segar bagi dunia bulu tangkis Indonesia, khususnya bagi pemain-pemain independen yang haus akan pembinaan berkualitas.
Dengan pencapaian gemilang di awal karier pelatih ini, publik kini menantikan langkah-langkah berikutnya dari Hendra Setiawan.
Mampukah ia melahirkan generasi juara baru dari jalur independen?
Waktu akan menjawab, namun satu hal yang pasti: kiprah Hendra di dunia bulu tangkis belum selesai—hanya berganti panggung.