Taufik menjelaskan bahwa sejak awal tahun 2025, para pelatih telah diberikan waktu yang cukup untuk menunjukkan hasil kerja mereka.
Namun, hingga memasuki pertengahan tahun, masih ada sektor yang belum memberikan pencapaian signifikan.
“Kami lihat dari Januari sampai sekarang, kalau tidak memenuhi target, kami buka lagi rekam jejaknya. Kalau tidak ada prestasi, buat apa dipertahankan,” ujarnya.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan PBSI adalah menerapkan sistem peringatan berjenjang.
Dimulai dari surat peringatan (SP) 1 hingga SP 3, para pelatih akan dinilai berdasarkan pencapaian target yang telah ditetapkan untuk masing-masing sektor.
Jika peringatan ini tidak ditanggapi dengan perbaikan performa, bukan tidak mungkin jabatan mereka akan diganti.
Langkah ini diambil bukan untuk menekan, tetapi untuk mendorong profesionalisme dan rasa tanggung jawab lebih besar dari para pelatih.
Taufik menilai bahwa pelatih memegang peran vital dalam membentuk performa atlet, baik dari sisi teknik maupun mental.
Oleh karena itu, tolok ukur keberhasilan bukan sekadar kerja keras, tetapi hasil akhir berupa prestasi.
Harapan Publik dan Tekanan Prestasi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bulu tangkis adalah olahraga kebanggaan Indonesia.
Ekspektasi publik terhadap cabang ini sangat tinggi, terutama setelah sejarah panjang Indonesia dalam mencetak juara dunia dan peraih medali Olimpiade.
Maka, tidak heran jika tekanan prestasi selalu menjadi sorotan utama.
Taufik Hidayat sendiri merupakan ikon dari era keemasan bulu tangkis Indonesia, dengan capaian tertinggi seperti medali emas Olimpiade Athena 2004.
Baginya, kemenangan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar.
“Saya tahu perjuangan pelatih tidak mudah. Tapi masyarakat ingin lihat hasil. Kalau cuma ranking naik tapi tidak juara, publik tetap kecewa,” tegasnya.
Peringatan dari Taufik ini sekaligus menjadi cermin bahwa PBSI tidak ingin terlena dengan status quo.
Dengan semakin ketatnya persaingan di dunia internasional, diperlukan langkah-langkah strategis untuk menjaga kejayaan bulu tangkis Indonesia.
Masa Depan Pelatnas di Tengah Evaluasi
Ke depan, PBSI berencana melakukan evaluasi menyeluruh yang tidak hanya menyasar pelatih, tetapi juga menyentuh ranah atlet.
Namun, fokus awal masih pada kinerja pelatih, karena mereka adalah aktor utama di balik program latihan dan strategi pengembangan atlet.
“Evaluasi atlet nanti menyusul. Kita mulai dari pelatih dulu. Mereka punya peran penting dalam membentuk atlet dari nol hingga jadi juara,” ungkap Taufik.
PBSI berharap melalui pendekatan ini, setiap sektor pelatnas bisa bekerja lebih terarah dan penuh motivasi.
Jika sistem evaluasi berjalan efektif, maka akan tercipta atmosfer kompetisi yang sehat dan profesional di dalam lingkungan pelatnas.
Prestasi Bukan Sekadar Angka
Pesan Taufik Hidayat menjadi pengingat bahwa prestasi sejati di dunia olahraga bukanlah sekadar statistik dan angka, melainkan gelar juara yang mampu membanggakan bangsa.
Ultimatum ini menjadi sinyal kuat bahwa PBSI serius membangun budaya prestasi berbasis kinerja, bukan hanya popularitas atau pencitraan.
Dengan sistem evaluasi yang jelas dan standar yang tinggi, diharapkan pelatnas bulu tangkis Indonesia mampu kembali mencetak nama-nama besar yang tidak hanya populer di papan ranking, tetapi juga disegani sebagai juara dunia sejati.