Jiang/Wei yang sudah mulai memahami pola permainan Jafar/Felisha tampil lebih tenang dan terstruktur.
Mereka memegang kendali sejak awal gim kedua dan sukses unggul cukup jauh dalam perolehan poin.
Sebaliknya, Jafar/Felisha mulai terlihat tertekan dan tak mampu keluar dari tekanan lawan.
Beberapa kesalahan sendiri yang muncul dari sisi Indonesia membuat peluang untuk merebut gim kedua sirna. Gim kedua pun ditutup dengan kekalahan 15-21.
Masuk ke gim penentuan, pertarungan berlangsung jauh lebih ketat.
Meski sempat tertinggal cukup jauh 6-11 saat interval, semangat juang Jafar/Felisha belum padam.
Mereka perlahan mampu mengejar ketertinggalan dan bahkan menyamakan kedudukan menjadi 14-14.
Momen tersebut menjadi titik krusial yang memperlihatkan potensi besar pasangan muda Indonesia ini.
Sayangnya, saat peluang menang terbuka, Jafar/Felisha tampak tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan.
Ketidaksabaran dan kurangnya ketenangan di poin-poin akhir membuat pasangan Indonesia kehilangan momentum.
Jiang/Wei yang lebih berpengalaman memanfaatkan hal itu untuk mengunci kemenangan dengan skor akhir 21-16 di gim ketiga.
Kekalahan ini memang menyakitkan, namun perjuangan Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu layak mendapatkan apresiasi.
Mereka mampu membuat pasangan unggulan tuan rumah kesulitan dan bermain hingga rubber game dengan performa yang cukup impresif.
Meski gagal melaju ke final, pengalaman berharga ini tentu menjadi bekal penting untuk turnamen-turnamen berikutnya.
Ke depannya, jika mampu menjaga konsistensi dan mengasah ketenangan di momen krusial, bukan tidak mungkin Jafar/Felisha akan menjadi kekuatan besar ganda campuran Indonesia.