Hal ini menjadi tantangan yang harus mereka hadapi demi kembali ke papan atas dunia.
Sadar akan kondisi ini, Fadia bahkan telah menyiapkan mental jika harus turun di turnamen level Super 100 bersama pemain pratama.
Baginya, memulai proses dari nol adalah ujian besar yang membutuhkan fokus ekstra.
“Tantangannya karena mulai dari nol itu sih. Menjaga fokusnya nggak mudah juga kan,” ujarnya.
Meski begitu, Fadia menegaskan bahwa keputusan ini sudah melalui pertimbangan matang pelatih.
Ia pribadi siap dipasangkan dengan siapa saja, demi kepentingan tim dan target jangka panjang sektor ganda putri.
“Kami sebenarnya ada diskusi juga, tapi balik lagi keputusan ada di Kak Karel (Mainaky). Kami di ganda putri maunya juga cepat naik dan berada di ranking top level. Jadi ya ngikut yang terbaik. Kami siap tempur aja,” tegasnya.
Menariknya, sebelum kembali bermain bersama Apri, Fadia akan terlebih dahulu tampil di World Championships 2025 berpasangan dengan Lanny Tria Mayasari.
Kombinasi ini menjadi bagian dari strategi PBSI untuk memaksimalkan peluang di berbagai nomor, sekaligus menguji variasi pasangan yang ada.
Kembalinya Apri/Fadia tentu memunculkan harapan baru bagi sektor ganda putri Indonesia.
Meski perjalanan mereka tidak akan mudah, terutama karena harus mengumpulkan poin dari level turnamen yang lebih rendah, keduanya memiliki pengalaman dan mental juara yang dapat menjadi modal besar.
Penggemar bulu tangkis Indonesia pun berharap proses kebangkitan ini akan berjalan cepat, sehingga Apri/Fadia bisa kembali mengancam dominasi pasangan papan atas dunia.
Dengan kerja keras, dukungan tim, dan semangat pantang menyerah, bukan tidak mungkin mereka akan kembali bersinar seperti di masa kejayaan 2023.
Kini, semua mata akan tertuju pada langkah awal mereka di paruh akhir musim.
Mampukah Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti menembus kembali deretan elite dunia?
Perjalanan panjang dari babak kualifikasi inilah yang akan menjadi ujian sesungguhnya bagi duet andalan Indonesia tersebut.