Richie yang tidak ingin menyerah begitu saja mulai bangkit dan memperbaiki pola serangannya.
Meski sempat tertinggal, ia perlahan mengejar poin demi poin hingga jarak skor menjadi tipis.
Momen ini sempat membuat jalannya laga menjadi tegang, terutama ketika Richie berhasil menyamakan kedudukan di pertengahan gim.
Namun, saat memasuki poin-poin krusial, Richie justru kehilangan fokus.
Beberapa kali ia melakukan kesalahan sendiri, termasuk pukulan yang terlalu terburu-buru dan keluar lapangan.
Kesempatan untuk memaksakan gim ketiga pun hilang, setelah Cea tetap tenang dan memanfaatkan setiap peluang dengan baik.
Skor 21-19 di gim kedua memastikan kemenangan Cea sekaligus gelar juara pertamanya di ajang ini.
Bagi Christian Adinata, keberhasilan ini menjadi modal berharga untuk menatap turnamen-turnamen berikutnya.
Kemenangan atas sesama pemain Indonesia menunjukkan persaingan sehat di sektor tunggal putra, sekaligus memperlihatkan regenerasi yang berjalan positif.
“Saya bersyukur bisa juara. Terima kasih untuk dukungan semua pihak, terutama pelatih dan rekan-rekan satu tim. Semoga prestasi ini menjadi awal dari pencapaian yang lebih besar,” ujar Cea usai pertandingan.
Sementara itu, meski harus puas menjadi runner-up, penampilan Richie Duta Richardo di turnamen ini patut diapresiasi.
Perjalanannya hingga ke final membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan untuk bersaing di level internasional.
“Saya sudah berusaha maksimal, tapi Cea memang bermain lebih rapi dan tenang hari ini. Semoga ke depan saya bisa tampil lebih baik,” ungkap Richie.
Dengan hasil ini, Indonesia sukses memastikan gelar juara di sektor tunggal putra melalui all Indonesian final yang memanjakan para pecinta bulutangkis Tanah Air.
Prestasi tersebut juga menjadi sinyal positif bagi tim pelatnas PBSI dalam mempersiapkan atlet muda menghadapi turnamen-turnamen besar di masa mendatang.
Christian Adinata kini berdiri di podium tertinggi, sementara Richie Duta Richardo mengisi posisi kedua.