Termasuk bagi para generasi muda. Mungkin bagi pemuda, ada yang memaknai Ramadan sebagai bulan yang melelahkan.
Betapa tidak, perut kosong selama lebih kurang 14 jam, ditambah beragam aktivitas yang padat seperti sekolah, kuliah, dan lain-lain.
Dan lagi, harus menahan lapar dan haus seharian di tengah beragam aktivitas.
Tapi tahukah, Sobat pemuda. Ramadan adalah bulan yang menjadi sesalan bagi para penghuni kubur.
Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata :
تالله لو قيل لأهل القبور تمنوا لتمنوا يومًا من رمضان
"Demi Allah, andaikan dikatakan kepada penghuni kubur : "Berangan-anganlah !", maka mereka pun akan berangan-angan untuk bisa berada di satu hari saja pada bulan Ramadhan" (At-Tabshirah II/78)
Masya Allah. Luar biasa, Sobat. Saking indah dan mulianya bulan ini. Demikian pula nikmatnya aktivitas ibadah di bulan Ramadan.
Namun, mungkin tak bisa dirasakan bagi sobat muslimah yang sudah bergelar ibu.
Saat bangun sahur, seorang ibu harus bangun lebih awal. Padahal ia yang tidur lebih akhir. Karena harus menidurkan anaknya terlebih dahulu.
Seorang ibu harus memastikan bahwa makanan sahur untuk keluarga siap sebelum waktu imsak tiba.
Sehingga, mungkin juga membuat target khatam membaca Al-Qur'an sudah tak sebanyak dulu, karena harus dibarengi dengan kesibukan dalam mengurus anak.
Namun, perlu dipahami pula bukan berarti memiliki anak itu merepotkan. Justru di situlah letak pahala yang besar dalam setiap sentuhan tangannya mengurus keluarga.
Poin krusialnya di sini adalah, di saat kita masih remaja jangan justru berleha-leha melewati Ramadan berlalu begitu saja.
Dan saat nikmat remaja kita sudah beralih, jangan pula kita berdalih menyalahkan hadirnya anak.
Seperti sekarang, muncul istilah baby blues yang membuat ibu kehilangan nikmat dikaruniai anak.