Waspada! Kelebihan Gula Saat Hamil Tingkatkan Risiko Anak Lahir Prematur dan Berkebutuhan Khusus

--
BACA JUGA:7 Kebiasaan Sehat yang Wajib Dilakukan Ibu Hamil untuk Cegah Prematuritas
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menyebabkan gangguan perkembangan saraf dan motorik, yang pada akhirnya meningkatkan risiko anak menyandang disabilitas.
Penelitian dari berbagai negara juga menemukan bahwa bayi prematur berisiko lebih tinggi mengalami cerebral palsy (kelumpuhan otak), keterlambatan bicara, gangguan belajar, hingga autisme.
Meskipun tidak semua anak prematur akan mengalami disabilitas, namun kemungkinan ini jauh lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memperhatikan asupan nutrisi selama masa kehamilan, terutama membatasi konsumsi gula tambahan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar konsumsi gula tambahan tidak lebih dari 10% dari total kebutuhan energi harian.
Untuk ibu hamil, batas ini bahkan sebaiknya lebih rendah karena tubuh sedang mengalami banyak perubahan hormonal dan metabolik.
Mengganti gula buatan dengan pemanis alami dari buah, serta menghindari minuman berpemanis seperti soda dan teh kemasan, bisa menjadi langkah awal untuk menjaga kehamilan tetap sehat.
Selain itu, edukasi mengenai pola makan sehat selama masa kehamilan perlu lebih digencarkan.
Banyak ibu hamil yang menganggap mengidam sebagai alasan untuk mengonsumsi makanan manis secara berlebihan.
Padahal, hal tersebut bisa membahayakan tidak hanya bagi sang ibu, tetapi juga janin yang sedang berkembang.
Mencegah kelahiran prematur akibat konsumsi gula berlebih bukan hanya soal menjaga berat badan ibu, tetapi juga demi masa depan anak.
Anak-anak yang tumbuh dengan disabilitas karena komplikasi prematur harus menghadapi tantangan ekstra dalam hidup mereka.
Maka dari itu, menjaga pola makan seimbang dan rendah gula selama kehamilan menjadi investasi jangka panjang untuk kesehatan ibu dan anak.