Warga pun menyambut baik kehadiran polisi di tengah kebun. Bagi mereka, Bripka Bambang bukan hanya petugas, tapi sahabat yang menyatu dengan denyut nadi desa.
“Pak Bambang itu kalau jagungnya kena ulat, dia sendiri yang paling repot. Dia datang bawa semprotan, kasih tahu cara ngatasinnya. Kami senang, merasa diperhatikan,” kata Pak Sarman, salah satu warga yang ikut dalam program ini.
Menanti Panen, Menyemai Asa
Panen direncanakan berlangsung pada bulan Juni 2025. Bripka Bambang berharap hasilnya bisa melebihi ekspektasi.
Tapi lebih dari sekadar tonase, ia ingin program ini melahirkan pola pikir baru di masyarakat.
“Kita harus mandiri pangan. Desa kuat, negara kuat. Kalau bisa tanam sendiri, kenapa harus beli dari luar?” tutupnya.
Saat ini, meskipun lahan jagung baru berumur 43 hari, semangat warga sudah tumbuh melebihi tinggi batangnya.
Ada optimisme yang tak ternilai di balik keringat dan tanah basah.
Di Desa Sungai Rengit Murni, ketahanan pangan bukan sekadar slogan.
Ia menjelma dalam bentuk nyata—dari tangan Bripka Bambang, dari kaki-kaki petani yang tak kenal lelah, dari benih jagung yang perlahan tumbuh jadi harapan.
Dan mungkin, dari desa kecil inilah, mimpi besar Indonesia Emas mulai dirintis—dari akar rumput, dari ladang jagung, dari semangat kebersamaan yang tak lekang oleh musim.