Oleh: Syaiful Rosyad Fahlevi
Pemerhati Olahraga Pangkalan Balai
Kapan Musorkab KONI Banyuasin digelar? Pertanyaan sederhana ini makin hari makin nyaring terdengar, terutama dari para pelaku olahraga di Kabupaten Banyuasin. Pasalnya, sejak ditundanya jadwal Musyawarah Olahraga Kabupaten (Musorkab) KONI untuk masa bakti 2025–2029, tak ada kejelasan arah maupun kepastian waktu. Seolah-olah dunia olahraga Banyuasin tengah kehilangan arah kompas.
Padahal, masa kepengurusan KONI Banyuasin sudah lama berakhir. Idealnya, ini menjadi sinyal bagi KONI Provinsi Sumatera Selatan untuk turun tangan, setidaknya dengan menunjuk karateker demi mengisi kekosongan kepemimpinan. Sayangnya, hingga kini, semuanya terasa abu-abu.
Yang lebih membingungkan, tahapan-tahapan penjaringan calon ketua KONI sejatinya sudah rampung. Dua nama sempat mengambil formulir pendaftaran: Herman Toni dan Hj. Diana Kusmila, SP—yang lebih dikenal dengan nama Diana Basir. Namun hanya Diana yang mengembalikan formulir dan memenuhi semua persyaratan, serta memperoleh dukungan dari 23 cabang olahraga. Artinya, sudah jelas siapa yang layak menjadi calon tunggal.
BACA JUGA:Feng/Huang Menang Mudah dari Wakil Chinese Taipei
Lazimnya, dengan satu calon dan tahapan yang telah tuntas, tinggal menggelar Musorkab untuk penetapan formal. Tapi justru di titik ini semuanya mengambang. Belum ada kejelasan kapan Musorkab digelar, dan malah berhembus isu pembukaan kembali penjaringan. Pertanyaannya: untuk apa? Bukankah proses demokratis sudah dijalani sesuai AD/ART KONI?
Forum Komunikasi Cabang Olahraga (Forkom Cabor) Banyuasin tentu tak tinggal diam. Mereka mendesak kejelasan. Ini bukan soal politik internal KONI semata, tapi menyangkut nasib olahraga Banyuasin, terutama jelang ajang besar: Porprov XV Sumatera Selatan di Musi Banyuasin, Oktober 2025.
Waktu terus berjalan. Tanpa kepemimpinan yang sah dan solid di tubuh KONI Banyuasin, bagaimana mungkin persiapan atlet bisa maksimal? Kita bukan bicara soal ikut serta saja, tapi soal berprestasi dan membawa pulang medali. Porprov bukan sekadar ajang rutin, melainkan panggung pertaruhan gengsi daerah. Dan ingat, kita bukan tuan rumah.
BACA JUGA:Waspada! Ini Ciri-Ciri Daging yang Sudah Tidak Layak Konsumsi
Sebagai mantan bagian dari tim ofisial kontingen Banyuasin, saya menyaksikan langsung bagaimana kerja keras bisa membawa Banyuasin menjadi kekuatan yang disegani. Dulu, kita pernah berada di peringkat 3 besar, bersaing dengan Palembang dan Musi Banyuasin. Tapi pada Porprov terakhir di OKU Raya, Banyuasin terpuruk di posisi 14. Jatuh bebas. Dan yang menyakitkan, nyaris tanpa perlawanan.
Itulah pentingnya konsolidasi organisasi olahraga. KONI bukan sekadar tempat kumpul-kumpul atau urusan seremonial. Ini rumah besar para atlet. Ketika rumah ini tak terurus, maka atlet pun akan kehilangan tempat pulang. Jika kita abai pada fase transisi kepemimpinan ini, maka bersiaplah untuk terus tenggelam di papan bawah klasemen.
Musorkab seharusnya jadi momentum kebangkitan. Tapi jika terus ditunda tanpa alasan yang jelas, maka yang muncul justru kecurigaan dan spekulasi. Apakah ada kekuatan tertentu yang sedang bermain di belakang layar? Atau ada skenario tersembunyi untuk menggagalkan kandidat yang telah mendapat dukungan mayoritas?
BACA JUGA:Jangan Tertipu Berat Badan! Ini Alasan Orang Kurus Bisa Kena Diabetes
Pemerintah daerah Banyuasin juga tak boleh diam. Ini soal marwah daerah. Jika KONI tak segera dibenahi, maka bukan hanya prestasi olahraga yang akan merosot, tapi juga harga diri Banyuasin di mata Sumatera Selatan. Jangan sampai Porprov justru menjadi panggung malu.