Strategi bertahan yang mereka coba terapkan justru menjadi bumerang.
Ganda Jepang mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyerang balik, bahkan ketika sedang dalam posisi defensif.
Ini membuat pasangan Indonesia kewalahan dan tidak mampu mengembangkan pola permainan mereka.
"Kami akui hari ini mereka benar-benar menyerang penuh. Bahkan saat bertahan pun, permainan mereka tetap memberi tekanan dan bisa berbalik menyerang. Kami tidak bisa keluar dari tekanan itu," ungkap Tiwi usai pertandingan.
Ia juga menambahkan bahwa dibandingkan pertemuan sebelumnya, performa lawan hari ini jauh lebih kuat dan agresif.
Ana/Tiwi kesulitan menyesuaikan diri dengan tempo permainan lawan, yang bermain dengan sangat disiplin dan minim kesalahan.
"Kami juga banyak melakukan kesalahan sendiri dalam pengembalian bola. Terburu-buru dan kurang tenang. Itu membuat lawan semakin percaya diri dan menekan kami terus menerus," lanjutnya.
Hasil ini tentu menjadi evaluasi penting bagi pasangan muda Indonesia tersebut.
Meski mereka memiliki semangat juang tinggi, namun pengalaman dan strategi bermain di level elite dunia masih harus terus diasah.
Terutama dalam menghadapi pasangan-pasangan papan atas yang sangat matang dalam taktik dan teknik.
Kekalahan ini membuat langkah Ana/Tiwi harus terhenti di babak 16 besar China Open 2025.
Sementara itu, kemenangan ini membawa Fukushima/Matsumoto melaju ke babak perempat final dan memperkuat status mereka sebagai salah satu kandidat juara.
Bagi Ana/Tiwi, kekalahan ini menjadi bahan pembelajaran dan motivasi untuk terus memperbaiki diri.
Dengan usia yang masih muda dan kesempatan bermain yang masih panjang, potensi mereka untuk bersaing di level tertinggi dunia tetap terbuka lebar.
Diharapkan mereka bisa bangkit dan tampil lebih matang di turnamen-turnamen berikutnya.