Alhasil, gim pertama harus direlakan untuk Leong dengan skor 19-21.
Namun, Ginting tak tinggal diam. Di gim kedua, ia tampil jauh lebih agresif dan atraktif.
Serangan-serangan khasnya yang tajam dari sisi depan dan belakang lapangan membuat Leong kewalahan.
Tanpa banyak perlawanan berarti, Ginting menutup gim ini dengan kemenangan telak 21-5.
Performa luar biasa ini sempat menumbuhkan optimisme bahwa ia akan mampu mengunci laga di gim penentuan.
Sayangnya, momentum positif tersebut tidak berlanjut ke gim ketiga.
Sejak awal, Ginting tampak kehilangan fokus.
Serangannya tidak lagi seefektif gim kedua, bahkan beberapa pukulan penting justru tidak tepat sasaran.
Kondisi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Leong Jun Hao yang terus melancarkan tekanan tanpa henti.
Pertahanan Ginting yang mulai melemah membuat lawan lebih mudah meraih poin demi poin.
Akhirnya, gim penentuan berakhir dengan skor 10-21 untuk kemenangan Leong.
Kekalahan ini tentu menjadi pukulan bagi Ginting, namun di sisi lain juga menjadi bahan evaluasi penting.
Sejak comeback dari cedera, perjalanan seorang atlet memang tidak bisa langsung kembali ke performa puncak.
Butuh proses untuk mengembalikan kepercayaan diri, ketajaman serangan, serta stabilitas mental dalam menghadapi momen krusial.
Meskipun hasil di China Masters 2025 belum memuaskan, Ginting tetap dianggap sebagai salah satu tumpuan utama tunggal putra Indonesia.
Pengalaman, teknik, serta dedikasi yang dimilikinya menjadi modal penting untuk menghadapi turnamen-turnamen berikutnya.