Selain itu, mahalnya pakan ayam juga turut menjadi faktor kenaikan harga telur ayam.
"Karena telur ayam yang mahal, saya juga enggan menyetok telur ayam yang dijualnya terlalu banyak.
Hal ini, karena ditakutkan telur ayam tidak laku dan membuat telur menjadi busuk bila terlalu lama distok," ungkap Yanto.
Kenaikan harga telur ayam ini juga berdampak pada perilaku konsumen.
Pelanggan yang datang membeli telur, juga sedikit mengurangi pembelian. Kebanyakan pelanggan yang datang paling banyak membeli satu kilogram.
"Ada juga pelanggan membeli telur yang cangkangnya pecah, karena harganya sedikit lebih murah.
Kalau yang cangkangnya pecah, itu dijual Rp19.000 sampai Rp20.000 per kilogramnya," pungkas Yanto.
Kenaikan harga telur ayam menjelang Nataru ini tentu menjadi kekhawatiran bagi masyarakat.
Masyarakat berharap agar pemerintah dapat melakukan upaya untuk mengendalikan harga telur ayam agar tidak terlalu tinggi.(ron)