Bau yang dihasilkan oleh feromon ini membantu kambing jantan (pejantan) menarik perhatian kambing betina selama musim kawin.
BACA JUGA:Elang Jawa, Fakta Unik dan Menarik Tentang Sang Raja Langit Indonesia
BACA JUGA:Burung Endemik Selandia Baru Ini Mirip Burung Hantu, Tapi Ternyata...
Selain itu, bau ini juga digunakan untuk menandai wilayah dan menunjukkan dominasi terhadap kambing jantan lainnya.
Kelenjar sebaceous pada kambing sangat aktif, terutama pada kambing jantan yang tidak dikebiri (utuh).
Minyak yang dihasilkan oleh kelenjar ini bercampur dengan keringat dan bakteri di kulit, menghasilkan bau yang khas dan kuat.
Kambing jantan cenderung lebih bau dibandingkan kambing betina, terutama selama musim kawin, di mana produksi feromon meningkat secara signifikan.
2. Bau Kambing dan Peran Feromon dalam Reproduksi
Bau yang dihasilkan oleh kambing jantan memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi.
Feromon yang dikeluarkan melalui kelenjar sebaceous tidak hanya menarik perhatian kambing betina, tetapi juga merangsang hormon dalam tubuh betina yang memicu ovulasi.
Proses ini dikenal sebagai "efek buck" (buck effect), di mana kehadiran dan bau kambing jantan dapat mempengaruhi siklus reproduksi kambing betina.
Feromon pada kambing jantan juga berfungsi untuk menandai status sosial di antara sesama jantan.
Pejantan yang memiliki bau lebih kuat sering kali dianggap lebih dominan dan memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pasangan.
Dalam konteks ini, bau bukan hanya sekadar aroma yang menyengat, tetapi juga merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sosial kambing.
3. Perbedaan Bau antara Kambing, Sapi, dan Kerbau
Perbedaan bau antara kambing, sapi, dan kerbau dapat dijelaskan melalui perbedaan fisiologi, terutama terkait dengan kelenjar sebaceous dan feromon.