Misteri Tanjung Menang dan Asal-Usul Nama Pangkalan Balai
KORANHARIANBANYUASIN.ID - Pada zaman dahulu, di sebuah perkampungan kecil yang dikenal sebagai Talang Gelumbang, tinggalah tiga tokoh masyarakat yang sangat dihormati: Puyang Beremban Besi, seorang pahlawan dengan kekuatan kebal terhadap senjata tajam; Bujang Merawan, seorang pemimpin pemerintahan yang bijaksana; dan Cahaya Bintang, pemimpin adat yang kharismatik.
Kampung ini, terletak di tepi sungai di Sumatera Selatan, merupakan tempat yang damai dan berkembang pesat berkat kebijaksanaan ketiga tokoh ini.
Di antara mereka, ada seorang ulama bernama Tuan Bangsali yang datang dari Cirebon dengan kapal layar.
BACA JUGA:PON Aceh-Sumut 2024: Lifter Angkat Besi Sumbang Medali Emas Pertama bagi Sumsel
Tuan Bangsali memperkenalkan agama Islam kepada penduduk setempat.
Kehadiran beliau membawa perubahan besar bagi desa tersebut. Masyarakat desa yang awalnya hanya bercocok tanam dan menangkap ikan, kini mulai mengembangkan diri dan membangun rumah-rumah yang kokoh di sebuah lokasi baru yang dikenal sebagai Napal.
Namun, tak lama setelah kedatangan Tuan Bangsali, Puyang Beremban Besi wafat dan dimakamkan di suatu tempat yang kini dikenal dengan nama Boom Berlian, tempat di mana tumbuh nipah kuning yang mistis.
BACA JUGA:Bupati Banyuasin Beri Solusi Langsung, Tekan Inflasi dengan Pasar Murah dan Gerakan Tanam
Dengan kepergian Puyang Beremban Besi, Bujang Merawan dan Cahaya Bintang juga mengundurkan diri karena usia tua.
Kepemimpinan desa pun berpindah tangan kepada Thalib Wali, seorang ulama yang bijak dan memiliki pengetahuan agama yang mendalam.
Thalib Wali kemudian memilih dua orang pemimpin baru, yaitu Puyang Rantau Pendodo sebagai kepala pemerintahan dan Muning Cana sebagai pemimpin gagah berani.
BACA JUGA:Puskesmas Banyuasin Siaga Cacar Monyet, Masyarakat Diminta Waspada
Untuk memajukan desa lebih jauh, Thalib Wali memutuskan untuk memperluas wilayah dan menanam dua jenis pohon yang menjadi simbol kemajuan desa: Pohon Paojenggih dan Pohon Beringin Nyusang. Desa ini semakin berkembang dan dikenal dengan nama Talang Gelumbang.
Setelah 40 tahun, terjadi perubahan besar ketika Depati dari dusun Limau diangkat untuk mengurus pemerintahan. Limau adalah daerah yang didirikan oleh keturunan Mangku Bumi dari Kesultanan Majapahit.