Aku hanya mengganggukkan kepala. Lalu aku melihat jam tangan, rupanya waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 Wib, ku lihat dia tidak gelisah, malahan terus mengajak ngobrol.
"Kamu mau pulang atau belum, nanti kamu dicari ibu kamu, karena hari sudah sangat malam. Apakah kamu tidak takut pulang nanti," tanya ku.
Dia tetap tenang dan bercanda. "Ngapain takut, kan ada abang yang ngantar aku pulang nanti, kan ini malam minggu juga," jawabnya.
Aku sempat berfikir negatif, apakan ini perempuan ngak benar, apakah memang sudah biasa keluar malam sendirian, atau memang golongan keluarga kurang baik.
BACA JUGA:Dodam Sambong: Keindahan Tiga Pilar Batu yang Menyimpan Legenda Cinta
Karena sudah makan, aku langsung merogoh saku celana ku, untuk membayar nasi goreng dan kopi segelas, Namun Nini melarang. "Biar aku yang bayar bang," katanya.
Terasa gangsiku jatuh, saat dia mengeluarkan uang lima puluh ribuan. "Malam ini, aku yang traktir, lain kali abang yang traktir," ujar Nini, terlihat gaya tomboynya.
Nininsi Cewek tomboy, langsung berdiri. "Tolong antar aku pulang bang, biar ngobrolnya di rumah saja, hari mualai dalu, dan rasa dingin sudah menyusuk tulang," tuturnya.
Tidak ada alasan lagi, aku langsung mengantarnya pulang memakai kendaraan yang dipakainya, namun aku juga merasa khawatir takut di marahi orang tuanya.
Setiba di rumah Nini, aku ragu untuk masuk ke rumah yang dua lantai tersebut, karena takut dihardik ibu atau bapaknya. "Ayok bang masuk," kata Nini.
Aku langsung gugup, seorang perempuan setengah baya, langsung menuju ke dapur membuatkan kopi, namun tidak lama kemudian, kopi segelas dan beberapa roti sumbu sudah ada di hadapan ku.
"Inilah kondisi rumah kami, kalau siang sampai malam orang tuaku mengurus rumah makan, makanya aku sering keluar malam karena sudah terbiasa melayani pelanggan di rumah makan kami," katanya.
Aku bingung mengapa Nini begitu percaya pada ku, pada hal baru kali pertama berkenalan, namun dia sangat berani mengajak ngobrol.
"Sebernya ambo sering melihat abang saat pulang dari bimbingan belajar sekira jam tiga, saat itu abang baru pulang kerja. Abang juga sering makan di warung kami, sambil mentraktir teman abang," sergahnya.
Dari pertemuan itulah, aku sadar, bahwa aku sering berkelakar (guyon) dengan kedua orang tuanya, bahkan aku pernah ngomong sambil guyon. "Kalu Uda ni punyo anak gadis, pasti Cantik, karena Uni cantik mirip artis," selorohku.
Ternyata yang membuat Nini percaya, aku sering ngobrol dengan bapaknya dan dia sering melihat aku pulang kerja. Aku dan Nini hanya sebatas teman. Namun menimbulkan kesan sangat baik, mulai dari Nini hingga orang tuanya.