Bripa Bambang dan Jagung Harapan: Ikhtiar Ketahanan Pangan dari Desa Sungai Rengit Murni

BRIPKA BAMBANG DAN JAGUNG HARAPAN: IKHTIAR KETAHANAN PANGAN DARI DESA SUNGAI RENGIT MURNI--

“Kalau ini berhasil, bukan tidak mungkin kami perluas ke wilayah lain.

Banyuasin ini subur, tinggal kemauan dan kekompakan saja yang kita perlu perkuat,” tambahnya.

Perjuangan di Tengah Ancaman Ulat dan Monyet

Namun, menanam jagung di lahan terbuka seperti ini bukan tanpa tantangan.

Pada pertengahan Maret lalu, pemupukan pertama telah dilakukan.

Tapi tak berselang lama, hama ulat batang mulai menyerang.

Ulat-ulat ini menyusup ke dalam umbut tanaman dan memakan bagian dalam batang, melemahkan tanaman bahkan menyebabkan kematian.

“Yang paling bikin pusing itu ulatnya. Kalau sudah masuk ke batang, sulit dikendalikan. Harus cepat disemprot. Makanya kami segera koordinasi dengan PPL,” jelas Bripka Bambang.

Selain ulat batang, ancaman lain datang dari hewan liar seperti babi hutan dan monyet.

Kedua jenis hewan ini kerap menyusup di malam atau pagi hari, merusak tanaman yang mulai tumbuh.

Untuk mengatasi hal ini, warga bersama Bripka Bambang memasang pagar sederhana dan sistem penghalau suara.

"Kami juga sedang usulkan ke desa untuk bikin sistem alarm suara otomatis dari bahan bekas. Kreativitas lokal sangat dibutuhkan di sini," tambahnya.

Ketahanan Pangan Sebagai Pilar Keamanan Sosial

Kegiatan ini bukan semata urusan pertanian. Menurut Bripka Bambang, ketika warga diberdayakan untuk bertani, maka dampaknya tidak hanya pada hasil panen, tetapi juga pada rasa memiliki dan kebersamaan.

Ketahanan pangan menjadi pintu masuk untuk ketahanan sosial.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan