BANNER ASKOLANI 2 PERIODE

Alih-alih Bertarung Gagasan, Askolani dan Slamet Kenang Kebersamaan di Debat Pilkada Banyuasin

Bernostalgia Askolani-Slamet malah hindari debat dan memilih saling sanjung dan bernostalgia--

KORANHARIANBANYUASIN.ID – Debat Pilkada Banyuasin sesi keempat yang digelar malam ini diwarnai dengan kejadian tak terduga.

Alih-alih menjadi arena adu gagasan antara dua kandidat, Askolani dan Slamet, debat tersebut berubah menjadi ajang nostalgia ketika kedua tokoh politik ini lebih memilih untuk membahas masa lalu mereka bersama daripada saling serang dengan pertanyaan tajam.

Sesi debat tersebut mencapai puncaknya saat moderator memberikan kesempatan kepada kandidat nomor urut 2, Slamet, untuk bertanya kepada kandidat nomor urut 1, Askolani.

BACA JUGA:Pilkada Banyuasin: Mantan Partner Berhadapan, Siapa yang Punya Visi Terbaik untuk Pangkalan Balai?

Namun, secara mengejutkan, Slamet menolak kesempatan tersebut dengan alasan yang terkesan emosional dan penuh muatan nostalgia.

"Saya sebetulnya tidak mau bertanya apa-apa kepada Askolani, karena tidak ada gunanya. Kami tidak pernah membangun Banyuasin sendirian, suka dan duka sudah kita rasakan bersama," ujar Slamet.

"Hari ini saya tidak mau berdebat karena saya mencalonkan diri sebagai bupati ini semata-mata atas tuntutan partai," ujarnya. 

BACA JUGA:Debat Publik, ASTA: Berikan Kami Kesempatan untuk Mewujudkan Banyuasin Benar-benar Bangkit

Slamet yang dalam pernyataannya mengisyaratkan bahwa dirinya dan Askolani sudah saling mengenal baik selama bertahun-tahun. 

"Kami dengan Askolani adalah bersaudara, jadi bagi saya pertanyaan dan perdebatan tidak ada manfaatnya. Apa yang kami capai selama ini adalah hasil kerja kami berdua. Mantan bupati dan wakilnya, ya seperti itu, saling melengkapi," ujarnya. 

Pernyataan Slamet tersebut memecah suasana tegang yang biasanya melekat dalam sesi debat politik.

BACA JUGA:Peserta Didik SMK Setianegara Presentasikan Produk pada Konsumen

Askolani yang mendengar hal itu, diberikan kesempatan menanggapi dengan wajah penuh rasa hormat, memberikan respons yang seirama dengan apa yang disampaikan oleh Slamet.

"Pakde Slamet adalah orang tua saya, beliau adalah guru politik saya. Saya belajar politik selama lima tahun bersamanya saat kami memimpin Banyuasin," kata Askolani.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan