BANNER ASKOLANI 2 PERIODE

Kala Ibu Muda Tersandera Algoritma Media

Isma Kim--

Jargonnya dari generasi hari ini "Kalo lu punya duit, lu punya kuasa". Saat ini apa saja bisa diraih asal banyak uang. 

Kapitalisme jelas menggeser peran ibu yang sebenarnya. Para ibu seolah dibuat 'produktif' via media.

Padahal sebenarnya ini buah dari kapitalisme yakni feminis yang menstandari perempuan dari nilai ekonomi saja. 

Mulianya Seorang Ibu

Ketahuilah, bahwa ibu adalah perempuan mulia. Di tangan merekalah lahir generasi unggul nan cemerlang.

Kemuliaan seorang ibu termaktub dalam Hadits Nabi Saw. yang memosisikan seorang ibu tiga tingkat di atas ayah. 

Seseorang datang kepada Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?” Nabi Saw. menjawab, “Ibumu!. Dan orang tersebut kembali bertanya,

“Kemudian siapa lagi?'”Nabi Saw. menjawab, “Ibumu!” Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.”

Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Nabi Saw. menjawab, “Kemudian ayahmu.” HR Bukhari).

Dalam Islam, posisi utama seorang ibu sebagai ummun warabatul bayt (pengurus rumah tangga) tentu ini bukan posisi  sepele.

Rumah yang nyaman, makanan yang lezat, segala kebutuhan keluarga terpenuhi lewat sentuhan tangan ibu yang luar biasa.  

Bukan hanya itu, sepanjang sejarah telah banyak lahir sosok-sosok mulia seperti Muhammad Al-Fatih, Imam Asy-Syafi'i, Shalahuddin al Ayyubi, dan banyak sosok hebat lainnya.

Mereka dididik di rumah oleh seorang ibu yang luar biasa, dengan iman dan Islam. Sehingga kuat akidah dan berilmu tinggi. 

Kapitalisme justru membajak peran ibu yang seharusnya berkarir di rumah sebagai ibu rumah tangga.

Buah dari kapitalisme yakni sekularisme, yang menihilkan peran agama dalam kehidupan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan