BANNER ASKOLANI 2 PERIODE

Cara Ampuh Penanggulangan Kemiskinan

Hernayani,SE.MM (Statistisi Ahli Muda BPS Kabupaten Banyuasin)--

Karakteristik lainnnya yang dapat menggambarkan penduduk miskin adalah fasilitas perumahan, indikator perumahan yang dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga antara lain luas dan jenis lantai, atap, dinding, penerangan, sumber air, jamban, dan status kepemilikan rumah tempat tinggal.

Dikatakan rumah tangga miskin menempati luas lantai per kapita < 7,2 m2 dan jenis lantai rumah terluas jenis lantai tanah.

Akses air minum layak serta penggunaan jamban tempat buang air besar.

Pada Maret 2024 penduduk miskin yang mempunyai akses air minum layak baru 77,94 persen sisanya belum punya akses air minum layak. Sementara untuk fasilitas jamban untuk buang air besar sendiri/bersama baru sebesar 89,01 persen.

Dari data-data diatas, tak salah jika kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun.

Kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi, namun juga aspek sosial, aspek lingkungan, serta aspek individu.

Pengentasan kemiskinan membutuhkan ketepatan sasaran dan keterpaduan program dari semua pihak, serta mengacu pada sasaran yang sama, dengan begitu intervensi yang dilakukan akan tepat sasaran.

Untuk itu mengenali dan mengidentifikasi permasalahan kemiskinan adalah suatu keharusan bagi Pemerintah Kabupaten Banyuasin.

Langkah awalnya adalah memahami pengukuran kemiskinan.

Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat.

Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup penduduk miskin.

Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.

Sejalan dengan pemikiran Haughton & Khandker (2009), menurunya ada empat alasan mengukur kemiskinan yaitu, pertama merupakan instrumen yang kuat untuk memfokuskan pembuat kebijakan pada kehidupan orang miskin.

Kedua mengidentifikasi orang miskin sehingga dapat memberikan intervensi kebijakan yang tepat. Ketiga memantau dan mengevaluasi proyek dan kebijakan yang digunakan untuk orang miskin.

Dan keempat mengevaluasi lembaga yang mempunyai tujuan membantu masyarakat miskin.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan