Mereka biasanya memilih kayu yang sudah mati atau kayu yang lapuk, meskipun terkadang mereka juga dapat menggali di struktur kayu yang lebih keras seperti bambu atau tiang kayu rumah.
Proses menggali ini bisa memakan waktu lama, karena lebah tersebut harus membuat terowongan yang cukup panjang dan bercabang untuk menampung telur-telurnya.
Terowongan ini biasanya berdiameter sekitar 1-2 cm dan bisa mencapai panjang beberapa puluh sentimeter.
Di dalam terowongan ini, Blue Carpenter Bee akan membuat beberapa ruang terpisah yang diisi dengan serbuk sari dan nektar sebagai makanan bagi larvanya setelah menetas.
5. Peran dalam Ekosistem
Seperti kebanyakan lebah, Blue Carpenter Bee memainkan peran penting dalam penyerbukan tanaman.
Mereka adalah penyerbuk yang sangat efektif untuk berbagai jenis bunga, terutama bunga yang memiliki kelopak yang besar dan terbuka lebar.
Karena ukuran tubuh mereka yang besar, lebah ini dapat membawa lebih banyak serbuk sari sekaligus, meningkatkan efisiensi penyerbukan.
Selain itu, Blue Carpenter Bee juga membantu dalam proses dekomposisi kayu dengan menggali sarang di kayu yang sudah mati atau lapuk.
Meskipun demikian, kebiasaan ini kadang-kadang menimbulkan masalah jika mereka menggali di kayu bangunan atau struktur buatan manusia, yang bisa menyebabkan kerusakan pada properti.
6. Adaptasi dan Perlindungan Diri
Meskipun warna birunya yang mencolok bisa menarik perhatian predator, Blue Carpenter Bee memiliki beberapa mekanisme pertahanan.
Salah satunya adalah kemampuan untuk mengeluarkan suara berdengung yang keras dengan menggetarkan sayapnya dengan cepat.
Suara ini tidak hanya membantu dalam komunikasi antarlebah tetapi juga dapat menakut-nakuti predator yang lebih kecil.
Selain itu, lebah ini memiliki sengat yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri jika terancam.
Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya, Blue Carpenter Bee jarang menyengat kecuali jika mereka merasa sangat terganggu atau terperangkap.