Kemudian ia solat dua raka'at, setelah itu ia duduk merenung sambil berlinang air mata hingga terbit fajar, karena memikirkan dirinya yang diserahi urusan rakyat.
Baik yang berkulit hitam, putih maupun merah, ia mengingat orang yang terasing, miskin, kehilangan, fakir yang membutuhkan, tawanan yang tertindas.
Ia tahu bahwa Allah SWT pasti akan menanyakan kepadanya tentang mereka (rakyat). Beliau takut Allah tidak menerima alasannya dan tidak ada hujjah bersama Rasulullah SAW.
Inilah salah satu kisah keteladanan pemimpin ketika berada dalam naungan Islam yang tidak pernah ditemukan dalam sistem demokrasi.
Sudah saatnya, masyarakat mulai berpikir dan menyadari bahwa hanya dengan mengambil Islam sebagai aturan akan melahirkan solusi fundamental yang nantinya diterapkan kembali dalam sistem pemerintahan.
Sehingga kedaulatan bukan berada di tangan manusia, melainkan berada pada hukum syara' yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah.
Sehingga, abuse of power yang sejatinya penghianat negara dan rakyat akan bisa dihentikan.
Ini pula yang akan melahirkan generasi pemimpin bangsa yang siap menjalankan amanah sebagai Khalifah dengan penuh kesadaran kepada Al-Khaliq.
Wallahua'alam bisshawab*