Burung Endemik Selandia Baru Ini Mirip Burung Hantu, Tapi Ternyata...
Burung kakapo termasuk salah satu burung paling langka di dunia, dengan populasi yang terancam punah.--
Selama musim berbuah, kakapo akan mengonsumsi buah rimu dalam jumlah besar, yang memengaruhi kemampuan mereka untuk berkembang biak.
Perilaku berkembang biak kakapo juga sangat unik.
Burung ini termasuk dalam kategori "lek breeder", yang berarti jantan akan berkumpul di area tertentu dan memamerkan panggilan serta tampilan visual mereka untuk menarik betina.
Jantan kakapo dikenal karena panggilan booming mereka yang bisa terdengar hingga beberapa kilometer jauhnya.
Mereka juga akan menggali lekukan-lekukan di tanah dan mengembuskan udara ke dalamnya untuk meningkatkan volume panggilan mereka.
Setelah betina memilih jantan yang mereka sukai, perkawinan terjadi, tetapi jantan tidak berperan dalam merawat telur atau anak-anak mereka.
Proses reproduksi kakapo sangat lambat. Betina hanya bertelur sekali setiap dua hingga empat tahun, tergantung pada ketersediaan makanan, terutama buah rimu.
Mereka biasanya bertelur satu hingga empat butir telur dalam satu sarang, dan proses inkubasi memakan waktu sekitar 30 hari.
Setelah menetas, anak-anak kakapo sangat bergantung pada induknya selama beberapa bulan sebelum mereka dapat mandiri.
Ancaman dan Konservasi
Kakapo pernah menjadi burung yang umum di Selandia Baru, tetapi setelah kedatangan manusia dan hewan predator yang dibawa oleh mereka, seperti kucing, tikus, dan musang, populasi burung ini mulai menurun drastis.
Hewan predator ini dengan cepat menghabisi populasi kakapo yang tidak memiliki mekanisme pertahanan terhadap ancaman baru ini.
Selain itu, perubahan habitat akibat pembukaan hutan untuk pertanian juga turut memperburuk kondisi kakapo.
Pada awal abad ke-20, kakapo dianggap hampir punah, dengan hanya beberapa individu yang diketahui masih hidup.
Upaya konservasi besar-besaran pun dilakukan untuk menyelamatkan spesies ini.