Tepak Sirih: Warisan Adat Budaya Pangkalan Balai yang Kian Tergerus Zaman

Syaiful Rosad--

Sayangnya, tradisi Tepak Sirih kini mulai kehilangan tempat di hati masyarakat. Pergeseran zaman, kurangnya regenerasi pemangku adat, dan pola hidup yang mengutamakan kepraktisan membuat tradisi ini perlahan memudar. Jika beberapa puluh tahun yang lalu Tepak Sirih adalah elemen wajib dalam acara pernikahan di Pangkalan Balai, kini keberadaannya nyaris tak terlihat.

Dulu, setiap pernikahan di Pangkalan Balai tak pernah lepas dari arak-arakan Tepak Sirih yang dibawa pihak calon mempelai laki-laki ke rumah calon mempelai perempuan. Proses serah-serahan ini diiringi pantun adat, yang menjadi momen penuh keakraban dan keindahan budaya.

Namun, tradisi ini kian jarang terlihat. Banyak yang menganggapnya terlalu rumit dan tidak relevan dengan gaya hidup modern. Jika dibiarkan, warisan leluhur ini mungkin akan benar-benar hilang.

BACA JUGA:Dewan Minta.BBPJN Sumsel Perbaiki Jalan Rusak di Wilayah Muara Enim

Harapan untuk Pelestarian

Budaya Tepak Sirih sejatinya adalah warisan yang memperkaya identitas masyarakat Pangkalan Balai. Melalui simbol dan ritualnya, ia mengajarkan nilai-nilai kesantunan, kejujuran, dan kebersamaan. Sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikan tradisi ini agar tidak punah ditelan zaman.

Diperlukan upaya nyata dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat, pemerintah daerah, hingga komunitas budaya, untuk menghidupkan kembali Tepak Sirih sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, warisan ini dapat terus menjadi kebanggaan generasi kini dan mendatang.

BACA JUGA:Masyarakat Gumeg Dalam Tolak Rencana Penambangan PT TBBE

Opini ini adalah sebuah ajakan untuk melestarikan kebudayaan lokal, agar generasi muda tetap mengenali jati dirinya melalui tradisi yang kaya akan nilai dan makna. Jangan biarkan warisan leluhur kita lenyap begitu saja.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan