Semua menunjukkan bahwa di balik gemerlap prestasi, ada manusia yang juga rentan dan butuh dukungan emosional.
Bagi Zii Jia, masa pemulihan dari cedera mungkin menjadi periode yang sunyi dan rentan.
Tidak aktif di lapangan bisa membuat seorang atlet merasa kehilangan jati diri, apalagi jika cedera itu berdampak pada penampilan dan peringkat dunia mereka.
Menormalisasi Percakapan tentang Kesehatan Mental
Kasus ini seharusnya menjadi momentum untuk menormalisasi diskusi tentang kesehatan mental di kalangan atlet dan masyarakat umum.
Kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan, melainkan bagian dari kesejahteraan manusia yang perlu dijaga sebagaimana kita menjaga kesehatan fisik.
Malaysia sendiri telah menunjukkan respons positif. NSC dan National Sports Institute (NSI) menyatakan kesiapan mereka untuk memberikan bantuan jika diperlukan.
Ini adalah langkah penting yang menunjukkan bahwa institusi olahraga mulai menyadari pentingnya kesehatan mental atlet.
Lee Zii Jia belum memberikan pernyataan resmi terkait unggahan kontroversialnya.
Apapun makna dari gambar tersebut, masyarakat diimbau untuk lebih bijak dan empatik dalam menyikapi ekspresi personal seorang atlet.
Bukan untuk menghakimi, tetapi membuka ruang diskusi dan dukungan.
Kesehatan mental adalah isu serius yang kerap terabaikan, terutama dalam dunia olahraga yang menuntut ketangguhan.
Jika memang unggahan itu adalah bentuk seni, maka kita bisa menghargainya.
Namun, jika itu adalah jeritan batin yang terselubung, maka kita perlu memastikan ada tangan yang siap meraih dan hati yang siap mendengarkan.