Tarap biasanya tumbuh di daerah dengan iklim tropis, dan membutuhkan curah hujan yang cukup untuk tumbuh subur.
Tarap menjadi salah satu buah yang jarang ditemukan di luar Kalimantan.
Hal ini disebabkan oleh sifat buahnya yang tidak tahan lama setelah dipetik, sehingga sulit untuk didistribusikan ke daerah lain.
Buah ini hanya dapat bertahan beberapa hari setelah dipanen sebelum mulai membusuk.
Sehingga masyarakat setempat lebih memilih untuk mengonsumsinya secara langsung atau menjualnya di pasar lokal.
Ciri-Ciri dan Keunikan Buah Tarap
Secara fisik, buah tarap memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, dengan diameter sekitar 15-20 cm.
Kulitnya kasar dan berduri, mirip dengan kulit buah durian, namun duri-duri pada kulit tarap lebih lunak dan tidak tajam.
Warna kulitnya yang kuning kehijauan ketika matang membuat buah ini tampak menarik.
Saat buah tarap dibuka, di dalamnya terdapat daging buah yang berwarna putih hingga krem dengan aroma harum yang khas.
Daging buah ini tersusun dalam kantong-kantong kecil seperti pada buah nangka atau cempedak.
Tekstur daging buahnya lembut dan agak kenyal, dengan rasa yang manis dan sedikit berlemak.
Beberapa orang mengatakan bahwa rasa buah tarap merupakan perpaduan antara nangka, cempedak, dan durian.
Selain rasanya yang lezat, buah tarap juga mengandung banyak nutrisi penting.
Buah ini kaya akan serat, vitamin C, dan karbohidrat, sehingga baik untuk menjaga kesehatan pencernaan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Kandungan gula alami dalam buah tarap juga memberikan energi yang cukup bagi tubuh.