Mengapa Obesitas Bisa Memicu Sesak Napas? Simak Penjelasannya

Senin 23 Sep 2024 - 17:04 WIB
Reporter : Apriyanti
Editor : Apriyanti

Penumpukan lemak di perut juga menekan organ-organ dalam, termasuk paru-paru, yang mengurangi ruang bagi paru-paru untuk mengembang saat bernapas.

Akibatnya, orang dengan obesitas mungkin merasa lebih cepat lelah dan kesulitan bernapas, terutama saat beraktivitas fisik.

2. Sindrom Hipoventilasi Obesitas (Obesity Hypoventilation Syndrome/OHS)

Obesitas juga dikaitkan dengan kondisi yang disebut sindrom hipoventilasi obesitas (OHS).

Pada penderita OHS, akumulasi lemak yang berlebihan di dada dan perut menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, di mana tubuh tidak dapat bernapas dalam dan efektif.

Hal ini mengakibatkan penumpukan karbon dioksida (CO2) dalam darah, yang bisa menyebabkan sesak napas kronis dan masalah pernapasan lainnya.

OHS lebih sering terjadi pada individu dengan obesitas berat, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 30.

Selain sesak napas, gejala lain dari OHS termasuk kelelahan ekstrem, sakit kepala di pagi hari, dan tidur yang tidak nyenyak.

Penderita OHS sering kali mengalami masalah tidur yang serius, seperti sleep apnea.

3. Sleep Apnea

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang umum dialami oleh orang dengan obesitas.

Pada sleep apnea, saluran napas bagian atas terhalang sementara saat tidur, menyebabkan henti napas berulang kali.

Kondisi ini mengganggu aliran oksigen ke paru-paru dan dapat menyebabkan terjadinya sesak napas.

Orang yang mengalami sleep apnea biasanya terbangun dengan perasaan sesak atau terengah-engah di malam hari.

Sleep apnea tidak hanya mempengaruhi kualitas tidur, tetapi juga meningkatkan risiko hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.

Obesitas, terutama lemak yang menumpuk di sekitar leher, meningkatkan risiko terjadinya sleep apnea karena dapat mempersempit saluran pernapasan dan mengganggu aliran udara.

Kategori :